21 September, 2008

Ketika Aku Masuk Pesantren

“Ketika Aku Masuk Pesantren”

Aku seorang anak SMP yang sebentar lagi akan lulus-lulusan dan meneruskan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Seperti anak SMP lainnya, aku sangat memperhatikan penampilan. Bukan itu saja, pergaulan juga. Sehingga setiap pulang sekolah aku pasti melaksanakan rutinitasku bersama teman-teman yaitu nongkrong diwarung Gaul yang letaknya tidak jauh dari sekolahku. Sangat tidak di pungkiri kalau pergaulan disana sangat membahayakan. Mestipun yang aku lihat hanya sekedar berpacaran dengan mesra dan menghisap rokok, namun menurutku sangat tidak wajar. Mestipun aku selalu berteman dengan orang-orang seperti itu namun pemikiran dan prilaku aku dengan teman-teman selalu bertentangan dan berbeda sekali. Walaupun begitu, aku mencoba untuk bisa mengimbangi dengan mereka karena rasa solidaritas.

Lambat laun aku mulai berfikir akan pergaulan yang aku jalani pasti akan merusak prilaku. Sedikit-demi sedikit aku mencoba menjauh dengan mereka, dan itu disadari oleh teman-temanku. Di sisi lain aku mulai mengikuti pengajian yang berada di daerah rumahku. Mestipun malu, karena kelihatannya aku paling besar dan paling tua namun itu tidak menjadi penghalang bagi ku untuk belajar agama. Aku diajarkan membaca Al-Qur’an dan Shalat. Akupun mengaplikasikan ilmu itu dalam kehidupan sehari-hari. Saat iti aku baru bisa menghafal huruf-huruf hijayah dengan tidak lancar dan mengerjakan shalat lima waktu hanya beberapa waktu saja. Kendalaku, aku sangat susah untuk bisa bangun subuh. Namun aku tetap berusaha untuk bisa mengerjakan shalat, walau hanya magrib dan ashar. Karena subuh susah bangun, magrib masih berada dalam perjalanan dan isya ketiduran.

Kelulusan sudah tiba, aku dan teman-teman akan melanjutkan kejenjang selanjutnya. Ayahku sudah mempersiapkan untuk mendaftarkan aku ke SMA yang ada di daerah Jakarta, begitu juga teman-temanku sedah merencanakan untuk masuk SMA pilihannya. Namun kenapa hatiku lebih memilih untuk masuk pesantren. Banyak sekali cerita menakutkan yang ku dengar tentang kehidupan dipesantren. Hal ini juga sempat menciutkan nyaliku, namun hatiku selalu melawannya, hingga aku benar-benar terdaftar menjadi salah satu calon murid baru pesantren yang aku pilih. 

Sebulan tinggal dipesantren sangat tidak menyenangkan, karena kehidupan dan suasananya sangat berbeda sekali dengan apa yang biasa aku lakukan. Aku harus berusaha untuk bisa beradaptasi dengan menyeimbangkan kegiatan sekaligus pelajarannya. Sulit bagiku untuk bisa bangun subuh dan ketika mulai belajar kitab kuning untuk yang pertama kali. Tidak terbayangkan aku sudah menempuh pendidikan pesanterku selama tiga tahun dan sebentar lagi aku lulus-lulusan dan menempuh pendidikan kejenjang selanjutnya. Aktivitas yang tadi sulit sekarang sudah menjadi rutinitasku dan pelajaran kitab kuning sudah menjadi makanan sehari-hariku yang sangat menyenangkan. Sekarang aku menjalankan pendidikan S1 ku di Universitas Islam Negri dengan disambili mengajar TPA dan Privat Al-Qur’an anak-anak. Terimakasih Ya Allah atas semua Karunia yang telah engkau berikan hingga aku bisa seperti ini, doaku dalam setiap sujud shalat ku.
YUNITA DISKARIANI LESTARI

sempurna

SEMPURNA

( Pertemukan aku dengan pangeran sholehku, jadikan aku halal untuknya, cantikan aku dimata pangeran dan wibawakan pangeran dimataku, peliharalah kami dalam hubungan syariat islam. Amin.).

Allah aku mohon kepadamu, lindungin aku dari cowok2 jahat yang hanya menghancurkan kehidupanku. Allah, rasakan hatiku, ketika aku salah menyayangi orang, ketika orang jahat yang berlagak baik kepadaku harus aku sayangin. Aku ga mau itu terjadi lagi padaku. Aku mohon pilihkan sang pangeran untukku. Untuk keluargaku, dan untuk anak-anaku kelak. Agar kami selalu terpancari cahaya keagungan mu. Allah, terlalu egois aku bila harus meminta yang sempurna dari mu. Hingga aku tak akan seperti itu. Doaku kala sujud, aku minta diberi keiklasan akan pemberianmu yang aku yakin itu terbaik untukku dan keluarga.

assamawat

PERTAMA UNTUK PENUTUPAN

AS-SAMAWAT, 24 AGUSTUS 2008

YUNITA DISKARIANI LESTARI

DEPOK, 30 JUNI 1990

Sebelum pengajian

Bingung banget, gimana caranya untuk bisa sampai kesana. Soalnya rumah ta sama pengajian itu jaraknya jauh banget. Sebenernya sih ta seneng soalnya ibuku udah ngizinin jadi tinggal aku yang berusaha agar bisa mewujudkan keinginan untuk mengaji disana. Sebenarnya niat itu udah lama banget, aku sangat ingin mempunyai guru yang Alim untuk meneruskan ilmuku selama dipesantren agar ilmu itu barakah dan bermanfaat. Aku berfikir dan berdoa. Semoga Allah memberikan jalan kemudahan tanpa harus ngerepotin yang lain khususnya K’Dian soalnya dia itu bukan muhrim aku, jadi aku agak janggal untuk memberi tahu keluh kesah aku. Akhirnya ga disangkasangka banget setelah ketemuan sama temen2 di Uin ada 2 orang yang bersedia untuk mengantar dan yang satu lagi menjemputku. Dari sini aku mulai berfikir betapa Allah akan selalu membantu dan melindungi hambanya yang mempunyai niat baik. Sampe malam ini ta belum ngabarin ke K’Dian kalo aku akan mengikuti pengajian itu, mungkin ga akan mengabarkan. Aku takut ini malah menjadi Ria atau Sombong, makanya aku memutuskan untuk tidak memberi kabar apapun.

Menjelang dan Awal Pengajian

Temen ku sudah siap untuk mengantarkan aku kesana. Akupun begitu, Al-Qur’an, buku catatan dan pulpen telah aku masukan dalam tas. Apa yah yang kurang? Oya Uang, aku ga berani minta uang soalnya itu bukan hari kuliah jadi sebenarnya ga ada uang jajan untuk hari itu. Aku pamitan sama ibu dengan membawa uang sisa kuliah yang aku kumpulkan. Pas berangkat ga nyangka ibu ku ngasih 100rb tanpa aku pinta katanya takut di jalan ada apa2. seneng banget. Makasih ya ibuku tercinta.

Sampe disana bingung ko’ semuanya pake kostum putih-putih, adoeh kayanya aku salah kostum deh. Sempet ga PD juga sih tapi pas dapet tlf dari K’Dian karena dia melihatku jadi ngeberaniin diri aja, apalagi aku dititipin sama ibu2 yang baik dan sepertinya terhormat banget soalnya sepanjang perjalanan orang2 pada salaman sama dia.

Pengajian dimulai dengan hataman Al-Quran dan dilanjutkan dengan kitab RiyaduSholihin dan TafsirQuran serta beberapa patah dari ustad2nya dan yang paling menabjubkan untaian kata dari pimpinan umum Majelis Dzikir As-samawat yang cukup mengagumkan dihatiku. Aku terus mengikuti dan mendengarkan pengajian itu dengan hikmat tanpa disadari air mata ku jatuh netes-netes yang langsung buru2 aku hapus dengan tangnku. Disela-sela pengajian ada beberapa sms masuk yang salah satunya dari temen yang akan menjemputku. “asw, nita afwan hari ini tie, ga bisa jemput nita soalnya motornya dipake sama papahku. Nita tlf Hury aja yah minta jemput. Afwan ya ta, kalo ada apa2 sms y, kalo mo pulang kabarin y? hati-hati y ta,” sebenernya si takut soalnya ku belum tau jalan pulang tapi aku nyantai2in aja. Aku segera membalas smsnya “oh…iya gpp ko.txs ya fren.tenang aja aku pasti bisa pulang ko he..he…” dengan sms rada seneng biar dia ga khawatir. Hari sudah mulai panas banget, tapi pengajian lagi seru2nya. Aku terus mendengarkan dan mencatat beberapa kata yang penting.

Setelah Pengajian

Pengajian dah selesai dengan beberapa kata penutup. Jamaah satu persatu mulai meninggalkan tempat itu, tapi tidak dengan aku, aku sedang mengobrol dengan teman sebelahku yang kita baru kenalan untuk menanyakan arah mobil menuju pulang. Tiba2 K’Dian datang dan mengajaku untuk sholat dulu. Aku mengikuti K’Dian dengan ragu soalnya aku ga enak takut timbul fitnah tapi yah gimana lagi, orang yang aku kenal disana hanya dia. Aku dikenalin dengan beberapa temennya yang kebetulan ahwat. Aku sholat dan sedikit mengobrol dengan ahwat itu yang bernama K’Faiz dan K’Mawadah. Ga nyangaka ternyata mereka itu lulusan Darurrahman, pesantren yang sangat ingin aku kunjungi namun aku belum punya kenalan. Sumpah ga nyangka banget K’Dian tenyata tanggung jawabnya tinggi juga untuk orang yang belum dikenalnya seperti aku soalnya aku tiap ketemu dengannya selalu menghindar karena malu dan ga enak sama temen ku yang kebetulan kita sekelas. K’Dian yang bilang ketemenya itu untuk ngejagain aku dan pulang sama2 sampe pas nunggu bis K’Dian masih ada di sebelahku. Sebenernya si aku ga enak, aku takut itu membuatnya repot dan aku ga pengen itu terjadi. Sekarang aku sudah sampai rumah dengan selamat. Mudah2han aku bisa terus IstiQomah di jalan Allah. Ya Allah terimakasih atas segala nikmat yang telah engkau berikan .

UCAPAN TERIMAKASIH KU UNTUK

  1. ALLAH, terima kasih atas semua kemudahan yang telah engkau berikan kepadaku
  2. IBU, yang sudah ngizinin aku dan ngedoain aku dan ngasih uang jajan yang cukup untuk aku beli sepatu baru he..he…
  3. Kedua temanku Hury dan Siti Rahmah yang sudah mau nganterin dan perhatian sama aku.
  4. K’Dian, Txs for all, Syukron Jiddan ye.
  5. K’Faiz dan K’Mawadah, yang udah jagain aku diwaktu pulang
  6. Seluruh Staf dan Khususnya Pemimpin umum Majelis Dzikir As-Samawat
  7. Ibu pengajian yang udah nuntun aku hingga aku ga malu lagi karena salah kostum
  8. Temen yang baru aku kenal yang udah ngajak ngobrol aku hingga aku ga sendirian
  9. semua yang udah terlibat, terima kasih banyak yahhhhhhhhhhhhhhh