31 Agustus, 2012

Jujur

Jujur....
Aku memang penakut
berkata "Tidak" saja aku tak mampu

Jujur....
Aku memang pecundang
meninggalkan kamu saja aku kesulitan

Jika kamu ingin aku jujur
Tolong jauhi aku.

Jika kamu ingin aku bahagia
Tolong lepaskan cinta buta mu

Nyamannya aku dengan tidak bersamamu
Senangnya aku dengan tidak dihatui bayangmu
Sungguh, itu aku jujur.

Entah harus ku hargai berapa cintamu,
Jika itu menyakitimu, pastinya aku kan lebih sakit
Mencintai tanpa cinta itu menyiksa
Berbohong, berpura-pura, dan berdusta selalu
Hanya untuk menjaga perasaanmu,

Maaf jika jujurku sangat menyakitimu,
Itulah aku, tak pernah sanggup berucap,
Semoga rangkaian kata ini mewakili jujurku
Dan aku bisa terbang bebas tanpa kendalimu

Teruntuk: Rahmat Budhiaji sang penawan hati, pencipta cerita, dan pembuat air mata

21 Agustus, 2012

Aku Hanya Bertanya

Wahay Magrib, bisakah kau lupakan ingatanku
Dadaku sesak setiap aku mengalaminya
Aku yang memang sedih
Namun aku tidak punya tempat marah
Dahulu menangis adalah obatku
Atau sengaja tertawa

Wahay Malam, aku hanya ingin tertidur
Jangan kau berganti pagi
Aku suka malam, hanya malam
Saat yang lain dapat tertawa lepas
Aku disini sesak, di bawah pohon gelap didepan hamparan air luas
aku yang memang pilu
mengapa aku berbeda,
itu saja yang ingin ku tanya

Wahay Pagi, sungguh sejujurnya aku cinta padamu
Aku suka menciummu
Aku bahagia dipelukmu
Aku bersemangat tiap ku rasakan aromamu
Namun apakah kau tahu,

Untuk apa aku dilahirkan,
Aku hanya bertanya
Untuk apa aku dihidupkan,
Aku hanya bertanya
Untuk apa aku tersenyum,
Aku hanya bertanya
Untuk apa aku menangis,
Aku hanya bertanya
Untuk apa aku masih di dunia saat ini
Aku hanya bertanya

Jika hidup itu Nikmat
Tolong tunjukan padaku Nikmat yang mana yg aku dustakan
Jika Aku hidup itu Nikmat
Tolong beri tahu aku,,,
Yunita Jasmine

20 Agustus, 2012

Diary Depresi

Ada masa dimana saya tidak bisa memberikan sebuah judul pada tulisan saya, sehingga terkadang saking kesulitannya saya hanya menamainya sebagai Diary Depresi.

Diary depresi adalah suatu masa dimana saya mengalami hal dalam hati saya yang sangat tidak mengenekan, entah terkadang rasa dalam hati yang tidak mengenakan itu datangnya dari mana, yang pasti saya benci jika hal itu datang.

kadang jika Diary depresi itu datang fikiran negatif saya selalu melayang-layang dan bertanya-tanya, masalah apa saja yang memang tidak mengenakan. huuffff saya benci diri saya.

Tuhan untuk apa saya di lahirkan ????

Sampai sekarang saya masih bertanya-tanya, untuk apa saya di lahirkan? dan semua jawaban di fikiran saya masih mengerah ke fikiran negatif.

Sejak saya kecil, tepatnya ketika saya mulai bisa merasakan kesedihan, saya selalu berfikir untuk apa saya di lahirkan, jika saya hanya menjadi anak yang tidak bermanfaat, hanya jadi anak yang tidak berguna,

Jujur saya tumbuh, saya percaya diri, saya berkembang, saya tersenyum itu semata-mata karena lingkungan. Lingkungan saya yang merasa dan menghargai saya ada, bukan yang lain,

Lingkungan di mana saya merasa di butuhkan, lingkungan dimana saya mendapat kasih sayang, lingkungan dimana saya merasa saya harus move on. Ya karena orang-orang baik itu. Entah orang yang sudah lama saya kenal atau orang yang baru saya kenal namun sungguh kalian yang membuat saya bertahan berdiri kokoh.

Menyedihkan sekali semua itu tidak saya dapatkan dari kelurga saya, di dalam sini saya merasa jadi anak yang tidak bermanfaat dan tidak berguna. di dalam sini saya selalu merasa ingin mengakhiri kehidupan saya.

Ya, sebenernya saya sudah tidak ingin hidup jika pada akhirnya saya hanya menjadi anak yang tidak bermanfaat dan berguna disini.

Tuhan jika kau takdirkan saya jadi anak bandel, tolong matikan saja saya sekarang sebelum dosa-dosa saya semakin banyak.

13 Agustus, 2012

Diary Depresi

Tuhan, saya masih takut jatuh cinta.

Jika remaja muda mengatakan jatuh cinta itu indah, itu sangat tidak berlaku bagi saya. Saya sangat takut jatuh cinta. Jatuh cinta itu bagi saya bagai memetik bunga mawar, menawan memang namun sakit, pas nya sakit lahir batin karena setiap saya jatuh cinta saya selalu bingung apa yang harus saya lakukan, di antara takut berdosa dan ingin bahagia. 

Saya merasa, saya aneh. Saya merasa, saya munafik, saya merasa, saya berbeda itulah rasa yang muncul tiap kali saya jatuh cinta. Anehnya saya karena saya takut sekali dosa, entah dosa yang seperti apa yang pasti di benak saya jika saya jatuh cinta secara otomatis itu akan mendekat pada prilaku zina.

Munafiknya saya, terkadang iman saya naik turun, yang terkadang itu yang membuat saya terkadang menikmati mengobrol atau bertegur sapa dengan orang yang saya cintai mestipun dibalik semua itu saya takut dosa.

Bedanya saya, ialah tetap saja sejatuh cintanya saya dengan seseorang saya tidak akan pernah mengungkapkannya, sakit memang, nyesek memang, pedih memang tapi itulah saya.

Dari semua itu, rasanya saya masih takut jatuh cinta, karena saya sangat kebingungan bagaimana cara-cara yang benar untuk mengaplikasikan rasa jatuh cinta saya, saya tidak membolehkan diri saya untuk berpacaran namun sisi kemunafikan saya terkadang muncul tiba-tiba, biasanya disanalah Id dan Super Ego bertengkar dan terkadang yang menang Ego (Teori Psikologi, benar gaya, lupa-lupa inget).

Oleh karena itu Tuhan, saya selalu memohon untuk penjagaan dari-Mu, hanya Engkau yang kuasa Menjaga saya dari semua nafsu dunia yang fana. Tuhan jika Engkau mengizinkan, sepertinya solusi dari semua ini agar saya terjaga dan dapat hidup tanpa kecemasan ialah dengan menikah, menikah dengan laki-laki sholih yang berahlak baik dan kedua orang tua saya senang dengannya. Walaupun sebenarnya saya sangat sadar kalau saya sangat jauh dari kata sholihah, saya mohon bimbingan-Mu Tuhan.

Di malam ini, malam ganjil di bulan Ramadhan, malam dimana banyak orang yang bermunajat dan Engkau menjanjikan pengabulan doa. saya berdoa di dalam hati, permudahkanlah saya untuk menikah di usia 23 tahun walaupun saya masih belum tahu dengan siapa, kapan, dan bagaimana, tolong susunkan Skenario indah-Mu Tuhan, hapus jika menurut-Mu lebih baik, saya minta yang terbaik. Terimakasih Tuhan.