5
tahun yang lalu, tepatnya saat aku masih menjadi MaBa alias Mahasiswa Baru di
Universitas Islam Negeri Jakarta, aku melihat seorang wanita anggun yang
penampilannya enak sekali dipandang mata, terutama untukku. Aku ingat waktu
itu, pertama kali aku bertemu dengannya di Aula SC saat aku mengikuti seminar
pertamaku judulnya aku lupa. Saat semester 1 aku semangat sekali mengikuti
seminar-seminar yang ada di kampus.
Wanita
itu sungguh anggun, dengan jilbab panjangnya yang di doble dua, sehingga untuk
menerawang yang ada dikapalanya saja kesulitan, dihias dengan brose cantik yang
ditaruh di sebelah kiri pundaknya, senyumnya tipis manis, suaranya lembut,
tatapan matanya bulat indah, pada saat itu aku berdoa dalam hati semoga aku bisa
seperti wanita anggun itu, wanita yang sungguh anggun dengan jilbab panjangnya
yang syar’i.
Tanpa
disengaja, aku bisa mengenalnya, namanya ka Nisa Nurhakim, ternyata bliau Ketua
Keputrian di LDK UIN. Aku senang sekali bisa bertemu dengannya lagi dalam setiap
acara yang mayoritas diselenggarakan oleh perempuan-perempuan anggun yang
jilbabnya panjang syar’i.
Semangatku
terus bergejolak, dalam hati aku berdoa, aku ingin sekali seperti wanita-wanita
anggun itu, tapii disisi lain terkadang aku malu, aku belum bisa mengenakan
jilbab seperti itu, selain tidak tahu cara mengenakannya bagaimana, aku juga
tidak mempunyai keberanian untuk merubah penampilanku.
Tidak
terasa aku sudah semester 3, akupun terus mengikuti kegiatan-kegiatan yang
mayoritas perempuannya berjilbab panjang syar’i yang sangat anggun dilihat
walaupun aku hanya menjadi peserta pasif yang hanya ikut numpang nyari ilmu,
pengalaman dan teman.
Betapa
bahagianya aku pada saat itu karena aku bisa bergabung mengikuti kajian (LQ)
yang langsung dibimbing oleh wanita anggun yang menginspirasiku saat aku awal
kuliah, ka Nisa Nurhakim. Uhibukifillah.
2
tahun berlalu, ternyata aku memang belum berani untuk mengubah penampilanku,
hati terus bergejolak untuk mengenakan jilbab yang syar’i seperti wanita anggun
itu namun disisi lain terkadang aku malu akan sikapku, apakah aku pantas dan
layak, yang pasti dalam benakku apakah aku bisa mempertanggungjawabkan ahlakku
jika aku mengenakan jilbab seperti itu, aku mau tapi malu. Aku mau tapi takut.
Aku mau tapi tak tahu. Aku mau tapi tapi tapi dan tapi itu saja yang ada di
benakku, aku kadang berfikir jauh, apa Allah belum memberikan hidayahnya
untukku, atau akunya yang menolak di beri Hidayah, aku tetap stay cool jadi
anak santai kaya di pantai walaupun rata-rata temen LQ ku jilbabnya panjang
anggun.
Lambat
laun, aku menarik diri dari perkumpulan itu, entah karena rasa malu, minder,
atau apalah yang pasti aku memutuskan untuk vakum dan keluar dari kajian yang
sudah hampir 2 tahun aku jalani.
Allah
memang Maha Baik, Allah langsung memberikan penggantinya, sehingga aku tetap
bisa LQ dirumah tempat aku tinggal, aku bahagia, ada wanita anggun yang lain,
yang mengajariku berbagai ilmu dunia-akhirat yang tidak jauh beda ahlak dan
sifatnya seperti wanita anggun di awal.
Sampai
aku lulus dari universitas itu, aku masih belum bisa merealisasikan keinginan
aku ketika awal masuk kuliah, ingin mengenakan jilbab panjang di doble yang
syar’i, doa terus ku jalani, walau memang nyatanya sulit.
Dan
sekarang aku bekerja di SDIT Ruhama dan aku bersyukur, aku mempunyai
teman-teman guru yang rata-rata jilbabnya panjang syar’i yang rela mengajariku,
mencontohkanku, dan menasehatiku, dan Alhamdulillah wa Syukurillah atas
Kebaikan, Hidayah dan Karunia Allah Swt. Aku dapat dengan yakin dan pasti untuk
mengenakan jilbab panjang dan Syar’i, doaku semoga Allah terus menjagaku,
memberikan ke istiqomahan dan memudahkan jalanku. Aamiin
Terimakasih
banyak ya Robb,
Terimakasih
banyak wanita-wanita anggun yang menginspirasiku.
Uhibukifillah
^_^.
2 komentar:
makasih buat saran sarannya :)
kunjung balik yah
siputih
Rehabilitasi Narkoba Indonesia
Subhannallah
Posting Komentar