Ada juga yang lain namanya Facking good
atau menampilkan perilaku baik di depan orang yang sebenarnya juga bukan sifat
kita. Tujuannya juga macem-macem sesuai kebutuhan.
Karena di atas saya memberikan judul Facking
bad maka saya akan bercerita tentang kenapa saya melakukan Facking Bad.
Jujur, ga tau kenapa saya sering melakukan
Facking bad di depan bunda saya. Saya selalu ingin saja terlihat buruk di depan
bunda saya, ada apa yaa dengan saya. Alhasil kerjaannya saya hampir setiap hari
dimarahin sama bunda saya. Saya ngerasa, lebih baik begini. Sudah terlanjur
karena dari kecil saya sudah sering di jelek-jelekin oleh bunda saya, dari cap
oon, lemot, bego, letoy, ga bisa apa-apa sampe yang paling dalem setiap kerjaan
yang saya lakukan selalu dibilang ga guna.
Saya si cooling down aja, buktinya saya
tetep nyuci baju ayah dan bunda, saya tetap bebenah rumah, saya tetap nyuci
piring, saya tetap nyapu-ngepel walaupun kerjaan yang saya lakukan tidak pernah
di hargain. Tidak apa-apa yang penting saya bisa melakukan semua itu.
Sedih emang, kalau difikir-fikir dampaknya
dengan kondisi psikologis saya, saya menjadi anak yang cepat sekali menangis. Namun
nangisnya selalu sembunyi-sembunyi sampai saya akhirnya tumbuh menjadi
perempuan yang tidak percaya diri. Namun Alhamdulillah Allah maha baik. Allah
memutar sifat saya 360 derajat.
Yang posti sampai saat ini saya masih
tumbuh jadi perempuan yang cengeng alias mudah menangis.
Saya berharap. Saya bisa tumbuh menjadi
perempuan hebat yang bisa menciptakan generasi berkualitas dengan tutur kata
yang baik. Biarkan saya saja yang mempunyai pengalaman seperti ini jangan
sampai anak cucu saya mengalaminya. Aamiin.
Al-Fatihah untuk bunda semoga masuk syurga.
I love you full, always.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar