Diambil dari : Cahaya Pertama, Al-Lama’at, Risalah Nur, Ustad Said Nursi
(Sesungguhnya munajat Nabi Yunus as. Adalah salah satu munajat
paling agung dan paling indah serta salah satu media paling ampuh agar doa
dikabulkan oleh Allah)
Dikisahkan bahwa Nabi Yunus as. Dilemparkan ke laut, lalu ditelan
oleh ikan besar dan diombang-ambingkan ombak. Malam yang pekat pun menurunkan
tirainya. Nabi Yunus pun ditimpa ketakutan dan terputuslah sebab-sebab
pengharapan. Sinarlah angan-angan, sehingga dengan merendahkan diri bliau
melantunkan doa yang lembut memelas kasih:
Laa ilaaha illa anta subhaanaka innii kunti minadzolimin
Artinya: “Tiada Tuhan selain Engkau maha suci Engkau sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang zalim.” (Al-Anbiya:87)
Doa ini yang menjadi sarana keselamatan dan terbebasnya bliau dari
penderitaan.
Rahasia agung dari munajat ini adalah bahwa dalam suasana yang
mencekam dan menakutkan itu sebab-sebab material sepenuhnya runtuh sehingga
sebab-sebab itu tidak dapat mengubah apapun dan tak dapat member pengaruh
apapun. Hal itu terjadi karena yang dapat menyelamatkan bliau dari kondisi
tersebut hanyalah yang memiliki kekuasaan terhadap ikan besar, malam yang gelap
gulita seperti lautan, malam dan angkasa, karena baik ikan besar, malam yang
gelap gulita serta lautan yang ganas telah “sepakat untuk menyerang” bliau. Dengan
demikian tidak ada satu sebab pun dapat menyelamatkannya, tak ada seorang pun
yang dapat mengakhiri penderitaan bliau dan mengantarkannya pada pantai
keselamatan dan keamanan kecuali Yang Maha Menguasai malam, ikan besar
sekaligus lautannya dan Yang Mampu menundukan segala sesuatu dengan
perintah-Nya, hingga kalaupun dalam suasana yang mencekam dan menakutkan
tersebut semua mahluk membantu Nabi Yunus dan siap mematuhi beliau maka hal itu
tidak akan memberi manfaat apapun baginya.
Benar, sebab-sebab itu tidak memberi pengaruh apa pun. Dengan ainul
yaqin, nabi Yunus memandang bahwa tidak ada lagi tempat berlindung kecuali
ke haribaan Dzat Pencipta sebab. Dan melalui celah-celah cahaya tauhid yang menderang
terbukalah rahasia keEsaan Allah hingga munajatnya yang iklas itu menundukkan
malam, ikan dan lautan secara bersamaan. Bukan hanya itu, bahkan dengan cahaya
tauhid yang murni, perut ikan yang gelap berubah laksana perut kapal selam,
lautan yang ganas dengan ombak yang siap menelan apapun berubah bagaikan
taman yang penuh keindahan. Awan gemawanpun berarakan dilangit. Bulan menampakkan
wajahnya yang bersinar bak pelita terang yang muncul di atas kepala bliau. Semua
karena munajat tersebut.
Demikianlah makhluk-makhluk yang tadinya mengancam dan menakutkan
bliau, sekarang berlalu dengan wajah bersahabat lalu mendekati dengan kasih saying
hingga beliau keluar menuju pantai keselamatan dan menyaksikan kemurahan Allah
yang Maha Penyayang dari bawah pohon yaktin.
Oleh karena itu hendaklah kita melihat diri kita melalui perspektif
munajat itu. Kita berada pada suatu kondisi yang menakutkan dan penuh ancaman
berkali-kali lipat dari kondisi yang dialami oleh Nabi Yunus karena:
Malam yang menaungi kita adalah masa depan dan masa depan kita,
jika kita melihatnya dengan pandangan acuh, tampak gelap dan menakutkan bahkan
lebih pekat seratus kali lipat dari malam yang dilalui Nabi Yunus.
Lautan kita adalah bumi yang setiap ombaknya membawa beribu
jenazah. Karena itu ia adalah lautan yang menakutkan seratus kali lipat lebih
menakutkan dari pada lautan tempat Nabi Yunus dilemparkan.
Ikan besar kita adalah nafsu amarah yang kita bawa. Ia adalah ikan
yang ingin menelan dan memusnahkan kehidupan akhirat kita. Ikan ini lebih rakus
dari pada ikan yang menelan Nabi Yunus karena ikan yang menelan Nabi Yunus mungkin
dapat melenyapkan kehidupan yang lamanya seratus tahun saja, sementara nafsu
amarah kita berupaya menghancurkan ratusan juta tahun kehidupan abadi yang
menyenangkan dan penuh kebahagiaan.
Demikianlah hakikat kondisi kita selamanya, oleh karena itu tidak
ada jalan lain kecuali kita mengikuti Nabi Yunus as. Berjalan di atas
petunjuk-Nya, berpaling dari semua sebab lalu menghadap secara langsung kepada
Allah yang merupakan penyebab dari segala sebab. Menghadap kepada-Nya dengan
sepenuh jiwa dan raga kita mengharapkan pertolongan-Nya dengan doa: Laa
ilaaha illa anta subhaanaka innii kunti minadzolimin
Bersambung dulu yaa...
2 komentar:
Wahh bangud teh, ini di ajarin abla ya...
Ruang Kesadaran
Posting Komentar