“
Brakkk…” suara Bawang Putih membanting pintu.
“
Jangan pernah kau datang lagi kerumah ini ” teriak Bawang Putih ketika sedang
mengusir laki-laki yang datang kerumahnya.
Entah
mengapa Bawang Putih selalu memarahi laki-laki yang datang kerumahnya untuk
melamar atau hanya sekedar untuk berkunjung melihat kecantikan bawang putih. Banyak
laki-laki yang patah hati dan galau karena kaget terhadap perlakuan Bawang Putih
yang ternyata sombong. Banyak pula laki-laki yang pantang menyerah dan tetap
mencoba datang ke rumah Bawang Putih walau sudah ratusan kali diusir atau tidak
dibukakan pintu oleh Bawang Putih. Dipojok kamarnya, Bawang Putih selalu
menangis atas perlakuan sombongnya yang dia khususkan pada laki-laki ganjen,
menurutnya kesehatan dan kenyamanan ibunya lebih penting ketimbang memikirkan
lamaran-lamaran laki-laki itu.
***
“ Bawang Merah… Bawang Merah ”
teriak sang ibu dari dapur. “ Apa si bu, manggil-manggil ” sahut Bawang Merah
dengan suara jutek. “ Ayo nak, kau cuci pakaianmu ke sungai mumpung masih pagi ”,
“ Ahh, ibu saja, Bawang Merah malas ”.
Bawang
Merah memendam kekesalan sejak kecil terhadap ibunya karena telah mengusir ayah
yang paling dicintainya hingga akhirnya Bawang Merah tumbuh dalam kekurangan
kasih sayang ayah. Setiap hari Bawang Merah menolak untuk mengerjakan pekerjaan
rumah yang diperintahkan ibunya, dia lebih memilih untuk bermain dan berkumpul
dengan teman laki-lakinya di pasar walaupun hanya sekedar duduk-duduk minum
kopi. Suatu pagi, ketika Bawang Merah sedang duduk-duduk di pasar tiba-tiba
ibunya datang dan menyuruhnya pulang, Bawang Merah menolak dan membentak-bentak
sang ibu dengan kata-kata kasar, spontan
ibunya langsung menjewer telinga Bawang Merah hingga rumah. Di rumah, Bawang
Merah dan Ibunya bertengkar hebat, keduanya beradu mulut dan beradu otot hingga
keduanya sakit hati dan sakit fisik.
Ke
esokan harinya, di sebuah pasar yang ramai dengan penjual dan pembeli terdapat
Bawang Merah yang sedang bersenda gurau dengan teman-teman laki-lakinya di atas
bale bamboo yang berada di pojokan pasar. Tiba-tiba ada laki-laki tampan yang
terlihat sedikit tua datang menghampiri Bawang mereka.
“
Permisi, maaf, kalian sedang apa disini, ini tempat saya berjualan, lebih baik
kalian bekerja dari pada harus menghabiskan waktu tak karuan disini, kamu juga,
kamu kan perempuan, sedang apa pagi-pagi sudah ada disini, anak perempuan
harusnya ada dirumah untuk memasak, atau disungai untuk mencuci pakaian ”, tanya
laki-laki tampan yang terlihat sedikit tua kepada Bawang Merah. Sentak Bawang
Merah kaget mendengar suara laki-laki itu, namun bukannya marah atau kesal,
Bawang Merah malah tersipu malu dan mengeluarkan senyum kecil nan manis seraya
berkata pada laki-laki tampan yang sedikit tua itu.
“
Saya tadi sedang membeli sayuran pa, untuk dimasak di rumah, kebetulan tadi
saya melihat ada teman-teman saya jadi saya menghampiri mereka sebentar ”.
Dengan nada yang ragu-ragu dalam menjawab, Bawang Merah memang terlihat
berbohong, namun sang laki-laki tampan nan sedikit tua itu menyembunyikan dan
menunjukan kepercayaan terhadap ucapan Bawang Merah.
Bawang Merah pun permisi pulang untuk ingin
segera memasak walaupun sebenarnya itu bohongan. Di perjalanan Bawang Merah
senyum-senyum dan berlari-lari kecil melukiskan kesenangan yang mungkin
datangnya dari laki-laki tampan tadi. Setibanya di rumah Bawang Merah langsung
meminta pakaian kotor ibunya untuk dia cucikan di sungai, ibunya sekejap kaget
dan bingung namun tak dihiraukannya.
***
Uhuk…
uhuk… uhuk… mengeluarkan darah segar,
itulah
yang terjadi setiap hari di kamar, dari kejauhan Bawang Putih meneteskan air
mata tiap kali melihat ibunya batuk-batuk namun cepat-cepat dia hapus agar
tidak terlihat sang ibu. Bawang Putih segera mengambilkan air putih hangat
untuk diberikan pada ibunya. Dan sedikit berbincang-bincang agar ibunya tidak
merasa kesepian.
Ayah
yang tadi pagi sebelum berangkat ke pasar untuk berjualan terlihat mencium
kening sang istri sangat lama, berbisik di telinganya “ istriku, aku
menyayangimu, aku mencintaimu, kau sangat cantik, kau sangat hebat, aku bangga
padamu ”.
Itulah
aktifitas pagi yang selalu ayah lakukan kepada ibu, hingga ibu selalu terlihat
bahagia dan ceria walau batuk darahnya sudah menggerogoti badannya hingga
kurus. Semua pekerjaan rumah dilakukan Bawang Putih dengan gembira, dari
memasak, mencuci baju, membersihkan rumah hingga merawat kedua orang tuanya,
tak lupa iya juga menyempatkan diri untuk menolong tetangganya apabila
membutuhkan bantuannya karena tetangga sebelah rumahnya sudah tua renta dan tak
memiliki satupun saudara. Memang Bawang Putuh sangat perduli pada lingkungan
sekitar, namun aneh sekali sifatnya itu sangat mendadak berubah ketika
menghadapi laki-laki yang menyukainya, entah mengapa.
***
“
Bu… ibu… hari ini Bawang Merah yang masak dan belanja ke pasar ya “ teriak
bawang merah dengan semangat dan pergi menjauh dari rumah tanpa berpamintan
kepada ibu.
Di
pasar, Bawang Merah memasang mata tajam seraya mencari sosok yang kemarin
ditemuinya, alhasil sosok itupun ada dan cepat-cepat Bawang Merah menghampiri
sosok itu sambil tersenyum-senyum kecil.
“
Asalamu’alaikum pa,” sapa Bawang Merah dengan ramah.
Ternyata
laki-laki tampan yang terlihat sedikit tua itu adalah salah satu penjual
sayuran di pasar.
“
Wa’alalikum salam nak, wah senang sekali bisa bertemu lagi, pasti kamu kesini
mau membeli sayuran untuk dimasak ya ” sahut laki-laki itu dengan ramahnya,
“
iya pa, hari ini saya mau masak sayur asam dengan sambal ”. Akhirnya Bawang
Merah diberi sayuran dan cabai dengan gratis.
Di
rumah, ibu Bawang Merah kebingungan melihat anaknya yang mendadak jadi rajin,
namun dalam hati ia bersyukur dengan harapan anaknya akan begini terus
sikapnya, tidak seperti dahulu yang durhaka dan pemalas.
***
Di
pasar yang ramai, terlihat Bawang Putih berlari kencang menyusul ayahnya yang
sedang berjualan. Bawang Putih tergopoh-gopong kelelahan karena sangat khawatir
dengan keadaan ibunya yang baru saja mengeluarkan darah, bukan saja dari mulut
namun dari lubang hidung dan kedua telinganya.
“
Ayah… Ayah… cepat pulang yah, kondisi ibu menurun drastis, Bawang Putih takut
ibu kenapa-napa yah,“ melihat Bawang Putih yang panik ayahnya segera
meninggalkan dagangannya dan berlari pulang ke rumah bersama Bawang Putih,
ternyata di rumah sudah ada beberapa orang yang berada di dalam kamar sang ibu,
ternyata sang ibu sudah meninggal sepuluh menit yang lalu ketika seorang
tetangganya yang tua renta melihat Bawang Putih berlari ke pasar dan dia
melihat ke kamar ibu, ternyata ibu Bawang Putih sudah tiada. Berhari-hari
Bawang Putih menangis dan mengurung diri di kamar, berhari-hari pun ayah tidak
berjualan ke pasar, aroma kesedihan sangat terlihat jelas di kelurga tersebut.
***
Di
teras rumah yang kecil, terlihat Bawang Merah melamun sendirian, entah apa yang
dipikirkannya, yang pasti sudah hampir dua minggu Bawang Merah menyengajakan
pergi ke pasar untuk bertemu dengan sosok laki-laki yang tak kunjung di
temuinya, yang ternyata dari pertemuan pertama itu sudah timbul benih-benih
cinta di hati Bawang Merah. Sifat Bawang Merah kembali seperti semula, durhaka
terhadap ibunya dan juga pemalas namun karena sifat ibunya yang juga sangat
galak menjadikan Bawang Merah dan Ibunya melakukan adu mulut dan adu otot setiap
harinya dan tak ada yang mengalah.
Seminggu
pun berlalu dengan beberapa kali pertengkaran ibu dan anak yang hampir rutin
setiap hari, namun sore ini berbeda, ibu Bawang Merah mendadak jadi
senyum-senyum sendiri dan menghiraukan teriakan-teriakan kasar dari Bawang
Merah yang terkadang itu yang menjadi pertengkaran, entah dikarenakan apa, yang
pasti sejak tadi siang sepulangnya ibu Bawang Merah Bekerja di toko baju, wajah
ibu ceria dan merah merona seperti habis bertemu dengan tambatan hati. Benar
sekali, ternyata ibu Bawang Merah kepincut dengan pembeli yang tadi datang ke tokonya
bukan untuk membeli pakaian, melainkan untuk memberikannya beberapa potong baju
yang masih bagus-bagus kepunyaan almarhumah istrinya yang katanya sayang jika
tidak digunakan dan hanya disimpan dalam lemari, lebih baik diberikan agar
bermanfaat.
Bawang
Merah benar-benar curiga dengan sikap ibunya yang akhir-akhir ini menjadi
sedikit lebih ramah terhadapnya, namun tetap dihiraukannya karena menurut
Bawang Merah itu hanya sementara, yang pasti Bawang Merah tak henti-hetinya
setiap pagi pergi ke pasar dengan harapan bisa bertemu dengan sosok laki-laki
tampan yang memang sedikit terlihat tua.
Pagi
ini Bawang Merah pergi ke pasar untuk membeli sayur, bukan untuk mengobrol
dengan teman laki-lakinya, suatu rutinitas yang baru dia lakukan sejak dia
bertemu dengan sosok laki-laki tampan yang sedikit terlihat tua itu. Bawang
Merah senang sekali karena akhirnya ia bertemu dengan sosok itu, Bawang Merah
pun tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, dia mengobrol banyak dan sesekali
melontarkan pujian dan perhatian supaya sosok itu menyadari benih cinta yang
ada dalam hati Bawang Merah. Enam bulan pun berlalu dan rutinitas itu selalu
Bawang Merah lakukan setiap pagi hingga terlihat keakraban antara Bawang Merah
dengan sosok laki-laki itu.
***
Di
ruang tamu yang megah, Bawang Putih dan ayahnya berbincang-bincang kecil, mulai
dari ayahnya yang menanyakan kapan Bawang Putih akan menerima lamaran salah
salah satu laki-laki yang sering datang kerumahnya, sampai dengan Bawang Putih
yang bertanya kepada ayahnya kapan akan memberikan ibu baru, karena Bawang
Putih kasihan melihat ayah yang selalu melamun setiap malam. Mereka terhanyut
dalam tawa masing-masing. Terlihat jelas sekali keakraban antara ayah dan anak
tersebut.
***
Di
sudut toko baju yang sepi pembeli, ibu Bawang Merah galau, ia berharap sosok
laki-laki yang pernah memberikannya beberapa potong baju itu akan datang
kembali karena ibu Bawang Merah ingin sekali mengungkapkan perasaannya,
perasaan yang tumbuh sejak pertama bertemu, dan Tuhan pun mendengarnya, secara
tiba-tiba datang sosok itu yang berniat untuk membelikan hadiah baju untuk
anaknya, sosok itupun meminta tolong kepada ibu Bawang Merah untuk dicarikan
baju yang modelnya sesuai dengan usia anaknya, kebetulan sekali anak sosok
laki-laki itu seusia dengan Bawang Merah hingga ibu Bawang Merah pun tidak
mengalami kesulitan untuk mencarikan baju yang cocok. Setelah dipilihkan
ternyata pilihannya cocok dengan selera sosok laki-laki itu, “ wah terimakasih
banyak ibu, sudah membantu mencarikan baju untuk hadiah anak saya, sepertinya
anak saya akan terlihat lebih cantik mengenakan baju ini ”, keduanya pun saling
pandang dan tersenyum. Di dalam hati ibu Bawang Merah ada keinginan untuk
mengatakan perasaannya, namun disisi lain dia tidak berani. Sosok laki-laki
itupun pergi kian menjauh hingga banyangannya sudah tidak terlihat lagi.
***
“
Nak, hari ini mau masak apa? ” tanya pedagang sayuran kepada Bawang Merah yang
tidak lain adalah sosok laki-laki tampan yang terlihat sedikit tua. Bawang
Merah pun senang sekali setiap pagi bisa melihat laki-laki itu, selain menjadi
rajin ke pasar, Bawah Merah pun menjadi padai memasak. “ Mau masak tumis
kangkung pa, ada kangkungnya pa? ” tanya Bawang Merah. “ Ada nak, mau berapa
ikat? ” tanya pedagang sayur dengan senyumnya yang ramah. Bawang Merah semakin
menggebu-gebu, perasaannya makin tidak karuan, benih-benih cintanya sudah
semakin besar, seperti sudah tak bisa di bending lagi, Bawang Merah merasakan
kenyamanan setiap berada di dekat laki-laki itu, sepertinya Bawang Merah sudah
bulat untuk menjadikan sosok lelaki itu sebagai kekasihnya bahkan suaminya.
Wajah Bawang Merah pun memerah tak karuan, dia ingin sekali mengungkapkan
perasaannya, walaupun malu.
Tiba-tiba
sosok laki-laki itu memanggilnya, “ nak, boleh saya kenal nama kamu?” makin
saja jantung Bawang Merah berdetak kencang.
Singkat
cerita, Bawang Merah diajak menikah oleh sosok laki-laki tampan yang terlihat
sedikit tua itu yang tidak lain adalah ayah dari Bawang Putih. Ternyata ayah
Bawang Putih juga mempunyai perasaan yang sama, jatuh cinta pada pandangan
pertama. Ibu Bawang Merah sangat terkejut, kaget, dan marah ketika melihat
seorang laki-laki datang ke rumahnya untuk melamar putrinya, seorang laki-laki
yang juga dia cintai, seorang laki-laki yang telah mencuri perasaannya sejak
pertama bertemu di toko baju itu, dan sekarang laki-laki itu ada di depan
wajahnya untuk meminta izin melamar putrinya yaitu Bawang Merah.
Waktu
berjalan sangat cepat, Bawang Merah dan sosok laki-laki itu sudah melangsungkan
pernikahan. Mereka hidup bahagia, Bawang Merah yang pandai sekali memasak,
menjadi istri yang sangat dicintai suaminya, namun kebahagiaan itu musnah kala
Ibu Bawang Merah berniat menghancurkan rumah tangga mereka. Sifat iri dan
dengki ibu Bawang Merah terhadap kebahagiaan Bawang Merah menjadikan pintu
hatinya selalu diselimuti oleh sifat ingin balas dendam dan merebut semua
kebahagiaan yang dimiliki Bawang Merah. Hingga suatu kejadian tragis pun
terjadi, Bawang Merah diajak kesebuah rumah kosong oleh ibunya, lalu Bawang
Merah disiksa dengan beberapakali dipukuli. Bawang Merah kesakitan, ia menangis
minta ampun, namun ibunya tak menghiraukan, ibunya tetap memukuli Bawang Merah
hingga pingsan.
***
Di
dalam rumah ada Bawang Putih yang sedang menonton TV, sedari tadi ia mencari mama
tirinya yaitu Bawang Merah yang sangat ia cintai walaupun umurnya tak jauh
berbeda dengannya, namun tak kunjung ada, “ mama… mama…” teriak Bawang Putih.
Bawang Putih cemas, ia keluar rumah untuk mencari namun tak juga ketemu.
***
Di
dalam rumah kosong, Bawang Merah tersadar tangannya terikat dan badannya
memar-memar, ia mencoba melepaskan ikatan tangannya dan melarikan diri. Karena
rasa haus dan lapar yang teramat sangat ia pergi mencari air ke sungai. Di
sungai Bawang Merah minum, badannya mulai segar kembali dan ia segera pulang ke
rumah untuk mengadukan perbuatan ibunya kepada suaminya dan anak tirinya.
Akhirnya, mereka bertiga pergi ke kentor polisi dan ibu Bawang Merah ditangkap
dengan laporan penganiayaan. Ibu Bawang Merah mendapat hukum pidana dengan
pasal 19 ayat 1 yaitu hukuman selama 5 tahun 5 bulan.
***
Bawang
Putih hidup dalam keluarga yang bahagia, walaupun dengan mama tiri, namun
mereka saling menyayangi. Dua tahun kemudian, Bawang Putih dilamar oleh seorang
pangeran tampan yang baik hati, mereka menikah dan dikaruniai seorang putra
yang tampan, dan mama tirinya yaitu Bawang Merah telah dikaruniai anak kembar
yang cantik dan lucu bernama Bawang Bombai dan Bawang Seledri. Keluarga
tersebut hidup rukun dan bahagia.
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar