23 September, 2014

Curhatan Kurikulum 2013

Hey, pemerintah yang pintar, yang paling tepat, yang paling benar, yang mungkin sudah belajar dimana-mana, yang mungkin sudah memiliki pengalaman mengajar ratusan tahun terhadap anak-anak.

Ada apa dengan kurikulum 2013 ini??

Apakah ketika engkau membuat KD atau Indikator kau sudah mencoba dengan percobaan ratusan kali???

Ingat, anak-anak bukan kelinci percobaan yang bisa engkau coba-coba.

Lihatlah, engkau membuat undang-undang katanya, anak kelas satu yang baru masuk belum di wajibkan untuk bisa baca, makanya haram untuk sekolah menolak anak hanya karena belum bisa baca, TAPI... lihat kurikulum buatanmu, anak kelas 1 baru masuk sudah dicekoki soal penjumlahan cerita, yang menggunakan cara seperti anak SMP, pakai diketahui, ditanyakan, jawab. Hah. Untuk belajar baca aja mereka masih kesusahan.

Lihatlah, buku kelas 2, engkau memberikan materi seperti layaknya anak-anak ekspert 120x2, 84x2, heyyyy... pemahaman konsep saja kita sebagai pendidik harus benar-benar jeli menjelaskan dari mulai konsep konkrit sampai abstrak, tapi engkau, lihat.... susah payah kita menanamkan konsep 3x1=1+1+1=3, 5x2= 2+2+2+2+2=10 menggunakan benda konkrit, menggunakan gambar, yang penting anak-anak bisa hapy belajar, tapi engkau.... membuat buku semaunya tanpa memikirkan konsep anak-anak.

Masih mau ngotot jadi pemerintah yang baik, untuk kepentingan anak, hah, untuk generasi berkualias, prettt? Sok iyeee, kompetensi intinya, keren, mana, nyambung ga? Pelajaran hidup rukun saja, materi dan latihan soalnya monoton. 

Saya sebagai pendidik yang masih awam hanya ingin berusaha agar anak-anak bisa belajar dengan hapy, persetan dengan semua penilaian yang engkau tuntutkan pada kami sebagai pendidik. 

Apakah Engkau tau, hey pemerintah, form penilaian yang engkau buat, engkau beratkan kami untuk menilai, itu sama saja engkau menitikberatkan pada hasil. Engaku mana tahu, kami jatuh bangun mengajari mereka sampai mereka mengerti, kami tidak butuh form rumit seperti itu. Progres sekecil apapun, rasa senangnya ada disini, di hati, di senyum anak-anak itu. Bukan pada form penilaian sikap, pengetahuan, keterampilan. Pretttttt.

Apakah dengan form-form hebat itu bisa membuat anak jadi bisa. No. 
 
Anak hanya bisa diajarkan dengan hati, mau bikin anak pintar, gampang, ajarkan saja setiap hari. Tapi membuat anak yang cerdas hatinya itu yang sulit. 

Kita pendidik setiap hari seperti kejar-kejaran dengan materi, dengan penilaian, dengan keinginan engkau yang sebenernya mau jadiin anak seperti apa si? Pinter? Atau stress?
Anak butuh proses waktu untuk belajar, bukan butuh form-form nilai itu.

Lihatlah, sehari kami baru saja mengajarkan penjumlahan, hari besoknya kami sudah diminta untuk mengajarkan pengurangan, dan lusa kami sudah harus mengajarkan perkalian, dan perkaliannya pun bukan perkalian yang wajar, apalagi konsep perkalian di buku, benar-benar tidak konsisten.

Sudahlah, buat apa jari-jari saya lelah menulis, engkau pemerintah penguasa paling hanya bisa menyalahkan kami. Guru yang hanya digaji kurang dari dua juta tapi dituntut mengajar dengan segala administrasinya seperti orang yang gajinya puluhan juta. Cukup tahu aja. Makasih banyak pemerintah. I Love You Full. 

Semoga semuanya berkah.

Tidak ada komentar: