02 November, 2011

Penjelasan Munajat Doa Nabi Yunus As.


Diambil dari : Cahaya Pertama, Al-Lama’at, Risalah Nur, Ustad Said Nursi

(Sesungguhnya munajat Nabi Yunus as. Adalah salah satu munajat paling agung dan paling indah serta salah satu media paling ampuh agar doa dikabulkan oleh Allah)

Dikisahkan bahwa Nabi Yunus as. Dilemparkan ke laut, lalu ditelan oleh ikan besar dan diombang-ambingkan ombak. Malam yang pekat pun menurunkan tirainya. Nabi Yunus pun ditimpa ketakutan dan terputuslah sebab-sebab pengharapan. Sinarlah angan-angan, sehingga dengan merendahkan diri bliau melantunkan doa yang lembut memelas kasih:

Laa ilaaha illa anta subhaanaka innii kunti minadzolimin

Artinya: “Tiada Tuhan selain Engkau maha suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.” (Al-Anbiya:87)

Doa ini yang menjadi sarana keselamatan dan terbebasnya bliau dari penderitaan.

Rahasia agung dari munajat ini adalah bahwa dalam suasana yang mencekam dan menakutkan itu sebab-sebab material sepenuhnya runtuh sehingga sebab-sebab itu tidak dapat mengubah apapun dan tak dapat member pengaruh apapun. Hal itu terjadi karena yang dapat menyelamatkan bliau dari kondisi tersebut hanyalah yang memiliki kekuasaan terhadap ikan besar, malam yang gelap gulita seperti lautan, malam dan angkasa, karena baik ikan besar, malam yang gelap gulita serta lautan yang ganas telah “sepakat untuk menyerang” bliau. Dengan demikian tidak ada satu sebab pun dapat menyelamatkannya, tak ada seorang pun yang dapat mengakhiri penderitaan bliau dan mengantarkannya pada pantai keselamatan dan keamanan kecuali Yang Maha Menguasai malam, ikan besar sekaligus lautannya dan Yang Mampu menundukan segala sesuatu dengan perintah-Nya, hingga kalaupun dalam suasana yang mencekam dan menakutkan tersebut semua mahluk membantu Nabi Yunus dan siap mematuhi beliau maka hal itu tidak akan memberi manfaat apapun baginya.

Benar, sebab-sebab itu tidak memberi pengaruh apa pun. Dengan ainul yaqin, nabi Yunus memandang bahwa tidak ada lagi tempat berlindung kecuali ke haribaan Dzat Pencipta sebab. Dan melalui celah-celah cahaya tauhid yang menderang terbukalah rahasia keEsaan Allah hingga munajatnya yang iklas itu menundukkan malam, ikan dan lautan secara bersamaan. Bukan hanya itu, bahkan dengan cahaya tauhid yang murni, perut ikan yang gelap berubah laksana perut kapal selam, lautan yang ganas dengan ombak yang siap menelan apapun berubah bagaikan taman yang penuh keindahan. Awan gemawanpun berarakan dilangit. Bulan menampakkan wajahnya yang bersinar bak pelita terang yang muncul di atas kepala bliau. Semua karena munajat tersebut.

Demikianlah makhluk-makhluk yang tadinya mengancam dan menakutkan bliau, sekarang berlalu dengan wajah bersahabat lalu mendekati dengan kasih saying hingga beliau keluar menuju pantai keselamatan dan menyaksikan kemurahan Allah yang Maha Penyayang dari bawah pohon yaktin.

Oleh karena itu hendaklah kita melihat diri kita melalui perspektif munajat itu. Kita berada pada suatu kondisi yang menakutkan dan penuh ancaman berkali-kali lipat dari kondisi yang dialami oleh Nabi Yunus karena:

Malam yang menaungi kita adalah masa depan dan masa depan kita, jika kita melihatnya dengan pandangan acuh, tampak gelap dan menakutkan bahkan lebih pekat seratus kali lipat dari malam yang dilalui Nabi Yunus.

Lautan kita adalah bumi yang setiap ombaknya membawa beribu jenazah. Karena itu ia adalah lautan yang menakutkan seratus kali lipat lebih menakutkan dari pada lautan tempat Nabi Yunus dilemparkan.

Ikan besar kita adalah nafsu amarah yang kita bawa. Ia adalah ikan yang ingin menelan dan memusnahkan kehidupan akhirat kita. Ikan ini lebih rakus dari pada ikan yang menelan Nabi Yunus karena ikan yang menelan Nabi Yunus mungkin dapat melenyapkan kehidupan yang lamanya seratus tahun saja, sementara nafsu amarah kita berupaya menghancurkan ratusan juta tahun kehidupan abadi yang menyenangkan dan penuh kebahagiaan.

Demikianlah hakikat kondisi kita selamanya, oleh karena itu tidak ada jalan lain kecuali kita mengikuti Nabi Yunus as. Berjalan di atas petunjuk-Nya, berpaling dari semua sebab lalu menghadap secara langsung kepada Allah yang merupakan penyebab dari segala sebab. Menghadap kepada-Nya dengan sepenuh jiwa dan raga kita mengharapkan pertolongan-Nya dengan doa: Laa ilaaha illa anta subhaanaka innii kunti minadzolimin

Bersambung dulu yaa...