04 Mei, 2008

memutuskan tali silaturrahmi

PENDAHULUAN

Segala puji bagi Allah Swt. pencipta seluruh alam. Salawat dan salam kita junjungkan kepada Baginda kita, Nabi Besar Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Allah Swt. di dalam kitab-Nya dan Rasulullah saw. Dalam hadist-hadistnya telah memberikan pengetahuan tentang silaturrahmi dan memberikan peringatan bagi orang –orang yang memutuskan tali silaturrahmi. Bisa kita lihat dalam ayat Al-Qur’an:

“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari satu, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Qs. An Nisaa:1)

Dari ayat dia atas kita dapat melihat betapa Allah sangat memerintahkan kita untuk memelihara hubungan silaturrahmi, dan membenci kepada orang-orang yang memutuskan talisilaturrahmi, bisa kita lihat dalam hadist-hadist yang akan kita bahas.

. Di samping kami memohon petunjuk ampunan kepada Allah Swt. atas segala kekurangan. Semoga makalah ini dapat membantu pembaca untuk memahami kandungan hadist yang berkaitan dengan materi makalah kami yaitu Memutuskan Tali Silaturrahmi

PEMBAHASAN

Dari Jubair bin Muth’im RA dari Rasulullah SAW beliau bersabda, “tidak akan masuk surga orang yang suka memutuskan talisilaturrahmi.

Ibnu Abu Umar berkata, “Sufyan berkata, “Yaitu orang yang suka memutuskan hubungan kerabat.”[1]

Dosa karena berbuat Zhalim dan memutuskan talisilaturrahmi azabnya akan di berikan ketika di dunia dan juga di akhirat. Dalam hadis lain di nyatakan bahwa Allah Swt. akan mengampuni dosa orang-orang yang dikehendaki-Nya, tetapi azab akibat memutuskan silaturrahmi dengan ibu dan ayah akan di berikan di dunia, sebelum mati.

Dalam sebuah hadist dinyatakan bahwa Allah Swt. menangguhkan azab untuk setiap dosa di akhirat, tetapi azab untuk perbuatan durhaka terhadap ibu dan ayah akan di berikan di dunia juga.

Dalam beberapa hadits dinyatakan bahwa pada hari kiamat Allah Swt. akan memberikan kemampuan bicara kepada rahim, ia akan berpegang kepada ‘arasy dan akan memohon, “Ya Allah, siapa yang telah menyambungkan aku, karuniakanlah rahmat kepadanya pada hari ini, dan siapa yang telah memutuskan aku, jauhkanlah dia pada hari ini dari karunia-Mu.”

Dalam hadist lain juga dinyatakan bahwa Allah Swt. berfirman bahwa lafaz rahim adalah dari Rahman yang merupakan nama Allah. Siapa yang menjaganya, maka Yang Maha Rahman akan menjaganya, siapa yang memutuskannya maka Yang Maha Rahman akan memutuskannya.[2]

Dalam sebuah hadist juga dinyatakan bahwa rahmat Allah tidak diturunkan kepada kaum yang di dalamnya terdapat orang yang memutuskan tali silaturrahmi.

Dalam hadist lain juga menyatakan bahwa setiap hari Kamis amalan manusia di bawa ke hadapan Allah dan amalan orang yang memutuskan silaturrahmi tidak diterima.

Faqih Abul Laits Samarqandi rah.a. mengatakan bahwa memutuskan silaturrahmi adalah dosa yang amat hina, sehingga orang yang duduk dengan orang yang melakukannya akan dijauhkan dari rahmat Allah. Oleh karena itu sangat penting agar semua orang segera bertaubat dari padanya dan mulai menyambungkan silaturrahmi.

Rasulullah saw. Bersabda, “Tidak ada amalan yang lebih baik dari menyambung silaturrahmi yang ganjarannya akan diperoleh segera. Dan tidak ada amalan yang paling buruk selain memutuskan tali silaturrahmi dan perbuatan zhalim yang azabnya akan disegerakan di dunia, dan di akhirat pun ia akan mendapatkan siksa.

Abdullah bin Mas’ud r.a. suatu ketika setelah mengerjakan shalat datang ke majelis kemudian berkata, “Demi Allah, jika ada orang di majelis ini yang memutuskan silaturrahmi maka hendaknya ia pergi dari mejelis ini. Kami akan berdoa kepada Allah dan pintu-pintu langit akan tertutup bagi orang yang memutuskan silaturrahmi. Dan apabila doanya ada bersama doa kami, sehingga pintu langit tertutup, maka doa kami pun akan tertolak bersama doanya.”

Banyak lagi riwayat lain yang menyatakan bahwa orang yang memutuskan silaturrahmi akan terperangkap kepada musibah-musibah dunia sehingga ia menangis karena penderitaanya. Dan karena kebodohan dan kejahilannya, ia tidak memahami bahwa selama ia tidak bertaubat dengan sungguh-sungguh dari perbuatan yang memutuskan silaturrahmi, maka musibahnya tidak akan diangkat, sebanyak apa pun usaha dilakukan untuk menghindarinya.[3]Semoga Allah Swt. mengaruniakan keselamatan kepada kita dari padanya.

Dari Anas bin Malik RA, dia berkata, “Saya pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Barang siapa ingin di lapangkan rezekinya dan di panjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturrahim.[4]

Dalam hal ini memang timbul persoalan bahwa umur manusia telah ditetapkan sebelumnya. Sebagaimana diterangkan dalam beberapa ayat al Qur’an bahwa umur manusia tidak dapat dikurangi atau ditambah dari ketetapannya. Oleh karena itu sebagian ulama berpendapat bahwa maksudnya adalah keberkahan dari umur dan rezeki itu.

Sebagian ulama yang lainnya berpendapat bahwa panjannya umur itu dimaksudkan untuk mencapai kebaikan dalam waktu lama setelah ia meninggal dunia. Ulama yang lain berpendapat bahwa maksudnya adalah banyaknya anak yang setelah kematiannya mereka menyambungkan silaturrahmi.

Penafsiran seperti ini dapat dimengerti karena sabda Rasulullah saw. tidak mungkin keliru. Dan Allah Swt. adalah Maha Kuasa atas segala-galanya dan Dialah Musabbibul asbab[5] yang menjadikan asbab apa saja yang Dia inginkan sekalipun menurut manusia tidak masuk akal. Dengan demikian tidak ada keraguan sedikit pun dalam persoalan ini.

Takdir adalah suatu ketetapan. Tetapi Allah Swt. telah menjadikan dunia ini darul asbab[6] dan untuk setiap perkara telah dijadikan sebab zhahir dan sebab batinnya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Ali r.a. dinyatakan, “Barang siapa bersungguh-sungguh dalam satu perkara, maka saya akan menjamin empat perkara baginya.

Barang siapa yang bersilaturrahmi, maka usianya dipanjangkan, dicintai saudara-saudaranya, rezekinya ditambah dan akan memasuki Jannah.”[7]

Rasulullah saw. bersabda kepada Abu Bakar Shidiq r.a bahwa ada tiga perkara yang tidak diragukan lagi pasti akan terjadi. Siapa yang dizhalimi dan ia bersabar, maka kehormatannya akan bertambah, siapa yang meminta-minta untuk menambah hartanya, maka hartanya akan berkurang. Dan siapa yang membuka pintu sedekah dan silaturrahmi, maka hartanya akan bertambah.

Faqih Abul Laits Samarqandi rah.a. mengatakan bahwa di dalam silaturrahmi terdapat sepuluh perkara yang patut di puji:

1. Keridhaan Allah, karena silaturrahmi adalah perintah Allah Swt.

2. Senang hati bagi kerabatnya, Rasulullah saw. bersabda bahwa amalan terbaik adalah

Menyenangkan hati orang beriman.

3. Para malaikat akan sangat gembira.

4. Akan di puji oleh orang-orang islam.

5. Syetan sangat bersedih hati.

6. Umurnya dipanjangkan

7. keberkahan di dalam rezekinya

8, Saudara-saudaranya yang telah meninggal akan merasa gembira, apabila mendengar

perbuatannya itu.

9. Hubungan persaudaraan satu sama lain menjadi kuat. Apabila kita menolong seseorang

atau melepaskannya dari kesusahan hidup, maka ia akan membalas budi baik kita.

10. setelah meninggal pun akan mendapat pahala, karena orang-orang yang pernah

mendapat kebaikan dari kita akan mengingat kita dan mendoakan kita.

Anas r.a mengatakan ada tiga jenis manusia yang akan berada di bawah ‘arasy Allah Swt. pada hari kiamat, yaitu orang yang menjaga hubungan silaturrahmi, ketika di dunia pun usianya akan dipanjangkan. Perempuan yang suaminya telah meninggaldunia, tetapi untuk memelihara anak-anaknya yang masih kecil, ia tidak menikah lagi hingga anak-anaknya dewasa. Orang yang memasak makanan untuk melayani anak-anak yatim dan orang miskin.

Hasan r.a. meriwayatkan dari Rasulullah saw. bahwa ada dua jenis langkah kaki yang yang sangat disukai disisi Allah. Pertama, langkah kaki untuk pergi shalat fardu. Dan kedua, langkah kaki untuk mengunjungi saudara atau kerabatnya.

Sebagian ulama mengatakan bahwa istiqamah di dalam lima perkara di bawah ini akan mendatangkan pahala sebesar gunung dan menjadikan keluasan rezeki, yaitu:

  1. Selalu bersedekah baik sedikit atau banyak.
  2. Menengok kerabat-kerabatnya dengan memberi sedekah, baik sedikit maupun banyak.
  3. Jihad pada jalan Allah.
  4. Selalu dalam keadaan Wudhu.
  5. Selalu taat kepada ibu dan ayah. (Tanbihul Ghafiliin)[8]

Dinyatakan juga dalam sebuah hadist bahwa perbuatan yang pahalanya cepat diperoleh adalah dengan memelihara silaturrahmi, mereka mendapatkan keberkatan dari anak-anak dan harta kekayaanya.

Dalam hadis lain dinyatakan bahwa dengan menunaikan sedekah dan zakat fitrah, berbuat baik kepada orang tua dan menghubungkan silaturrahmi dengan kerabat, maka nasib malangnya akan diubah menjadi nasib baik, usianya di panjangkan dan diselamatkan dari mati mendadak.

Riwayat-riwayat di atas pada umumnya mengatakan bahwa dengan silaturrahmi usia akan dipanjangkan dan rezeki akan ditambah. Kedua hal inilah yang paling diinginkan oleh manusia. Rasulullah saw. telah menunjukan cara yang sangat mudah untuk memperoleh dua hal itu. Yaitu dengan berbuat baik kepada kerabat, maka kedua hal ini akan dicapai. Sekiranya kita yakin bahwa sabda Rasulullah saw. adalah benar, mengapa kita tidak mengamalkannya.[9]

Adapun ayat-ayat dan hadis-hadis[10] lain yang menganjurkan akan perintah untuk selalu memelihara silaturrahmi dan ganjaran-ganjaran serta hukuman bagi orang yang memutuskan hubungan silaturrahmi baik dengan keluarga, kerabat ataupun saudara yang bahwasanya Allah akan memeberikan hukuman itu baik di dunia maupun di akhirat.

Dari Anas r.a. bahwasanya Nabi saw. Bersabda: “Janganlah kamu sekalian saling benci membenci, saling hasud menghasud, saling belakang membelakangi, dan saling memutuskan tali persahabatan, tetapi jadilah kamu sekalian itu hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim tidak di perbolehkan mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda: “Pintu-pintu sorga itu di buka setiap hari Senin dan hari Kamis, kemudian pada hari itu diampunilah dosa setiap hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun kecuali orang yang berselisih dengan saudaranya, dimana dikatakan: “Tunggulah dua orang ini sampai damai, tunggulah dua orang ini sampai damai.” (Riwayat Muslim)

Allah ta’ala berfirman: “Maka apakah kiranya jika kamu sekalian berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan persahabatan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknat Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibulatkan-Nya penglihatan mereka.”

Qatadah rah.a. mengatakan bahwa hubungan harus dijaga, apakah dengan yang dekat maupun yang jauh.

“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang mendapatkan kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahanam).” (Qs. ar Ra’ad: 25 )

“Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (Qs. Muhammad:23)

Umar bin Abdul Aziz rah.a. menyatakan, “janganlah bergantung kepada mereka yang memutuskan hubungan persaudaraan, karena terdapatdua ayat dalam al Qur’an, yaitu surat ar Ra’ad ayat 25 dan surat Muhammad yang menyatakan bahwa Allah Swt. Melaknat mereka.”

Ayat dalam surat Muhammad telah membicarakan bahwa kepada orang yang memutuskan hubungan silaturrahmi, Allah Swt. Berfirman bahwa merekalah orang-orang yang di laknat Allah. Kemudian Allah menutup pendengaran mereka dan membutakan matanya (dari melihat hal yang baik).[11]

Umar bin Abdul Aziz rah.a. mengatakan bahwa ia melihat dua tempat dalam al Qur’an mengenai hal di atas sedangkan Zainal Abidin rah.a mengatakan di tiga tempat. Sebabnya mungkin, dalam surat Muhammad dan ar Ra’du terdapat lafaz “laknat”.

Sedangkan pada tempat ketiga diterangkan mengenai orang-orang yang sesat dan merugi yang pada dasarnya laknat juga seperti pada surat al Baqarah.

Diriwayatkan dari Hasan r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Apabila manusia melahirkan ilmu tetapi menghapuskan amalannya dan melahirkan kecintaan dengan lisannya tetapi di dalam hatinya ada kebencian dan memutuskan hubungan persaudaraan, maka Allah Swt. Akan menjaukannya dari karunia-Nya dan menjadikan mereka buta dan tuli. Sehingga mereka tidak tahu lagi jalan yang baik dan tidak dapat mendengar yang haq di telinga mereka.

Di dalam sebuah hadis dinyatakanbahwa harumnya Jannah tercium dari jarak lima ratus tahun perjalanan. Tetapi bagi orang yang mendurhakai kedua orang tua dan memutuskan tali silaturrahmi, tidak dapat mencium bau Jannah itu.

Abdullah bin Abi Aufa r.a. berkata, “Pada hari Arafah pada suatu sore, kami sedang duduk mengililingi Rasulullah saw. dan beliau bersabda, “Jika ada orang yang memutuskan tali silaturrahmi hendaklah meninggalkan majelis ini dan jangan duduk bersama kami.” Maka dari semua yang hadir hanya seorang saja yang duduk menjauh lalu bangun dan pergi, kemudian kembali lagi setelah beberapa lama kemudian. Ketika ditanya sebabnya, orang itu menjawab, “Setelah mendengar perkataan Rasulullah saw., saya pergi menemui ibu saudara saya yang telah memutuskan silaturrahmi dengan saya. Melihat kedatangan saya, ia berkata, “Bagaimana engkau bisa datang, sedangkan hal ini bertentangan dengan kebiasaanmu?” saya lalu menerangkan sabda Rasulullah saw. kepadanya. Dia kemudian memohon keampunan untukku dan mendoakan keampunan untuknya.” Rasulullah saw. pun kemudian bersabda, “Engkau telah melakukan perbuatan yang sangat baik. Duduklah, rahmat Allah Swt. Tidak turun keatas kaum yang telah memutuskan silaturrahmi.

Faqih Abul Laits Samarqandi rah.a. mengatakan, “Dan kisah ini dapat di buat kesimpulan bahwa memutuskan silaturrahmi adalah dosa besar, sehingga orang yang duduk bersamanya akan dijauhkan dari rahmat Allah Swt. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang yang melakukan dosa besar ini agar segera bertaubat dan segera menghubungkan kembali tali silaturrahmi.” [12]

TINJAUAN PSIKOLOGI DALAM ASPEK MEMUTUSKAN TALI SILATURRAHMI

Dari penjelasan tentang ayat-ayat dan hadist-hadist tentang memutuskan tali silaturrahmi ini, dapat dikaitkan dengan teori-teori psikologi, metode-metode psikologi serta tinjauan psikologi yang sangat berkaitan antara hadist dengan ilmu psikologi, diantaranya:

1. Psikopatologi, menjelaskan keadaan psikis yang tidak normal (Abnormal). Orang yang memutuskan silaturrahmi memang dia merasa normal namun sebenarnya ia seperti orang yang memiliki gangguan kepribadian. Kerena orang yang memutuskan silaturrahmi kepribadiannya telah sakit dan merupakan salah satu ahlak yang tercela karena itu merupakan salah satu perbuatan yang tidak di sukai manusai dan Allah Swt. Orang yang memutuskan silaturrahmi dikatakan seperti keadaan psikis yang tidak normal karena dalam kesehariaanya dia tidak dapat merealisasikan diri dalam aktualisasi terhadap prilakunya kerena selalu diliputi rasa cemas, resah, bimbang, tidak nyaman, khawatir, takut. Sudah jelas dalam hadis dikatakan “Allah akan menurunkan langsung balasan di dunia bagi orang yang memutuskan silaturrahmi dan dosa yang besar di akhirat nanti.

2. Psikologi Sosial, yang khusus membicarakan tentang tingkah laku atau aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi sosial. Sudah jelas sekali orang yang memutuskan tali silaturrahmi, hubungan sosialnya sangat terganggu. Dia tidak dapat sepenuhnya bersosialisasi di masyarakat terutama dengan orang yang di putuskan silaturrahminya itu. Sehingga orang yang memutuskan silaturrahmi tidak bisa mencapai aktualisasi diri dalam lingkungan sosialnya[13]

3. Metode Intropeksi, yang menjelakan cara manusia melihat kembali kepada penghayatan yang telah di lakukan. Cara mengobati orang yang memutuskan tali silaturrahmi dalam bidang psikologi barad salah satunya menggunakan metode intropeksi. Dengan metode intropeksi ini pasien diperintahkan untuk melihat kembali kepada kejadian yang telah di lakukan sehingga pasien sadar akan perbuatannya yang tidak baik dan merupakan dosa besar sehingga ia sadar dan tidak melakukan perbuatan memutuskan silaturrahmi ini.[14]

4. Mengendalikan Motivasi Permusuhan. Dalam banyak riwayat hadist Rasulullah saw. Telah menyarankan kaum muslimin agar mampu mengendalikan motivasi permusuhan. Beliau melarang mereka untuk membuat takut, memusuhi, maupun menyakiti saudara sesama muslim maupun non muslim, baik menyakiti secara fisik seperti membunuh, melukai maupun secara lisan seperti mencela, memfitnah, mengolok-ngolok, merendahkan, memutuskan silaturrahmi maupun membongkar rahasia mereka. Seperti diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a. bahwa Rasulullah bersabda, “Bukan seorang Mukmin (apabila dia) suka mencaci, melaknat, berahlak buruk, maupun berkata keji.

5. Emosi dalam Perspektif Hadist Cinta Kepada Manusia, manusia adalah mahluk sosial. Dia hidup di tengah komunitas masyarakat dan harus menjalin interaksi dengan banyak individu lain. Hubungan mereka dengan orang lain meliputi hubungan perasaan, hubungan sosial-kemasyarakatan, interaksi ekonomi, dan berbagai hubungan kemanusiaan lainnya. Dan orang yang memutuskan silaturrahmi ini, jelas di katakana bukan termasuk orang yang cinta kepada manusia dalam perspektif hadis. Oleh karena itu, marilah kita mulai dari sekarang, kita jadikan emosi kita sebagai emosi yang cerdas dalam menyikapi kehidupan sesuai dengan perspektif hadist. Seperti dalam firman Allah Swt dalam Qs. Al-Hujuraat:10. “ Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah Swt. Supaya kamu mendapat rahmat.[15]

6. Mengendalikan Rasa Benci. Rasulullah saw. Berwasiat kepada kaum muslimin agar mereka saling mengasihi dan menyayangi. Beliau melarang mereka untuk saling dengki dan benci satu sama lain. Diriwayatkan dari Abu Ayyub bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Tidak halal bagi seorang muslim untuk tidak mengajak bicara saudaranya (karena didorong perasaan benci) selama tiga hari. Dari hadist ini mengandung pengertian untuk tidak saling bermusuhan, membenci, maupun tidak mengajak bicara saudaranya karena didorong rasa benci. Dari hadist diatas jelas tertulis bahwa perbuatan seperti memutuskan tali silaturrahmi sangat tidak disukai dan merupakan perbuatan tercela.

7. Kesehatan Mental dalam Al-Qur’an dan Hadist Dari Sisi Hubungan Seseorang dengan Orang Lain. Orang yang mentalnya sehat dalam Al-Qur’an dan Hadist secara umum disebutkan bahwa orang itu dapat mengasihi dan menyayangi dengan tulus dan iklas, dan sebaliknya. Dia menjalin interaksi sosial terhadap mereka dengan baik, mau memberikan pertolongan dan bantuan terhadap sesama. Dia senantiasa jujur dalam pembicaraan, amanah dalam tindakan, tidak berbohong dan tidak curang. Dia tidak berusaha menyakiti seseorang, tidak mendengki, membenci, maupun hasud. Dia bias menghargai perasaan orang lain, menghormati pendapat dan hak mereka, dan memberikan maaf kepada orang yang menyalahinnya. Dia memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat, dan memproritaskankepentingan masyarakat dari pada dirinya sendiri serta dapat bersosialisasi dengan baik dalam lingkungan bermasyarakat. Dari sini sudah jelas sekali bahwa orang yang memutuskan tali silaturrahmi memiliki mental yang sakit.[16]

8. Psikologi Islam, menjelaskan cara mengobati gangguan jiwa dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an seperti shalat, puasa, dzkir, doa dan lain-lain. Selain menggunakan teori psikologi barad, teori psikologi islam juga sangat berpengaruh dalam proses penyembuhan seseorang yang mempunyai keadaan psikis yang tidak normal. Ini sudah terbukti kebenarannya. Karena dapat menyembuhkan hati yang sakit, tidak tenang, cemas, takut dan lain-lain menjadi hati yang sehat karena selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dan menjadika hati nyaman, tenang, damai dan terhindar pada perbuatan-perbuatan tercela seperti memutuskan tali silaturrahmi. Karena orang yang menggunakan terapi ini mengetahui akan perbuatan yang dianjurkan atau dilarang oleh Allah Swt. [17]



[1]Muh ammad Nashirudin Al Albani, “Ringkasan Shahih Muslim II”, (Jakarta:Pustaka Azzam, 2003) Hal.498

[2] Maulana Muhammad Zakariyya “Fadhilah Sedekah”, (Bandung: Zadul Maad, 2007) Hal.224-225

[3] Maulana Muhammad Zakariyya “Fadhilah Sedekah”, (Bandung: Zadul Maad, 2007) Hal.224-225

[4] Muhammad Nashirudin Al Albani, “Ringkasan Shahih Muslim II”, (Jakarta:Pustaka Azzam, 2003) Hal.497

[5] Musabbibul asbab adalah yang menjadikan sebab-sebab.

[6] Darul asbab adalah tempatnya sebab-sebab.

[7] Maulana Muhammad Zakariyya “Fadhilah Sedekah”, (Bandung: Zadul Maad, 2007) Hal.208

[8] Tanbihul Gafiliin adalah nama kitab

[9] Maulana Muhammad Zakariyya “Fadhilah Sedekah”, (Bandung: Zadul Maad, 2007) Hal.209

[10] Syeh M. Nashiruddin Al Albani “Terjemahan Riyadhus Shalihin”, (Surabaya:2007) Hal.301-303

[11] Maulana Muhammad Zakariyya “Fadhilah Sedekah”, (Bandung: Zadul Maad, 2007) Hal.201-202

[12] Maulana Muhammad Zakariyya “Fadhilah Sedekah”, (Bandung: Zadul Maad, 2007) Hal.201-202

[13] Drs.H..Abu Ahmadi, “Psikologi Umum” (Jakarta:Rineka Cipta, 2003)Hal.7

[14] Drs.H..Abu Ahmadi, “Psikologi Umum” (Jakarta:Rineka Cipta, 2003)Hal.7

[15] Dr.Muhammad Usman Najati, “Psikologi Dalam Tinjauan Hadist Nabi” (Jakarta:Mustaqiim, 2003)Hal.75, 106

[16] Dr.Muhammad Usman Najati, “Psikologi Dalam Tinjauan Hadist Nabi” (Jakarta:Mustaqiim, 2003)Hal.154, 385

[17] Dr.H.Abdul Mujib, M. Ag. :Kepribadian Dalam Psikologi Islam” (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2007) Hal.188

Tidak ada komentar: