04 Mei, 2008

Novel ku

Mentari bersinar …………

Awal dari aktifitasku yang rutin

Kesibukan yang membuatku melupakan semuanya

Terutama cinta

Mentari pun bersinar kembali …………

Selalu kegiatan yang menemaniku dalam keseharian

Dan itu yang menjadikan kesenangan

Mentari pun terus bersinar dan bersinar kembali

Akupun menjalani itu kembali

Hingga datang sosok terkagumi

Aku salah tingkah

Aktifitasku berantakan

Kegiatan ku terlupakan

keluarga ku pun terabaikan

Terus ku menjalani waktu ku dengan sang sosok itu

Menjelang malam

Menjelang siang

Hingga membawaku dalam kehancuran

Dalam kehidupanku yang nyata

Perkenalan itu pun Mengalun

Berawal dari kebohongan

Melalui suara kita berkenalan

Kala malam tiba kau pun bicara

Sungguh, perkenalan itu pun mengalun

Tak menyangka kekagumanku bergejolak

Mendengar keahlianmu, menabjubkan ku

Polos dan jujur hati ini berkata

Aku mencintaimu …………

Begitu cepatkah rasa ini

Hatiku menyangkal tidak

Namun sang batin menagis keras

Sungguh, perkenalan itu pun mengalun

Keanehan ku pun terlihat

Mungkinkah ini cinta sesaat

Kembali sang batin menangis keras

Menangis………

Menangis ………

Dan menagis selalu

Karna perkenalan itu pun mengalun cepat

Hingga kau pun menghilang

Dalam kehidupanku yang nyata

Desember, 2007…………

Aku lelah, seperti biasa setibanya di rumah aku langsung menuju kamarku dan berbaring di kasurku yang empuk. Begitulah hal yang aku lakukan kala pulang kuliah, karena tempat kuliah ku yang sangat jauh dengan rumah yang ku tinggali. Sore ini cuaca gelap, sesekali terdengar suara hembusan angin dan petir yang bersinar hingga menerpa pohon lebat yang letaknya tak jauh dari jendela kamurku. Namun hujan belum kunjung turun. Aku termenung dan melihat kearah jendela kamarku, hingga tak ku sadari aku teringat akan masa lalu, ketika aku masih tinggal di pesanteren. Kala di pesantren suasana seperti ini sangat mengasyikan di samping kita bisa bercanda ria di kamar bersama teman-teman karena pengajian diliburkan, teman-teman juga sangat antusias untuk mendengarkan lelucon-lelucon dan karangan puisi-puisi yang sesekali aku ucapkan karena hanya pada saat itulah aku dan teman-teman bisa berkumpul bersama, menghabiskan waktu dengan penuh keakraban, di samping jadwal pengajian kami yang sangat padat dan penuh dengan havalan-havalan seperti nahwu wadhi, matan jurmiah, imrithi, alfiyah, matan zubath dan lain-lain. Biasanya Siti yang mengawali cerita-cerita lucunya yang kadang di timpali oleh Meisya, hingga kami bersebelas pun tertawa. Aku yang biasa di panggil dengan sebutan Nita, segera mengambil posisi untuk memberi tahu bahwa ada karya puisi terbaru yang aku ciptakan saat ini, Ria dan Sara pun segera bersuara, ayo dunk Nit bacain, Dina dan Resa pun segera mengambil aba-aba dengan berbarengan. Satu, dua, tiga. Aku langsung membacakan puisiku yang selalu bertemakan Pangeran dan sesekali aku tertawa kecil karena Lia selalu menirukan gaya tangan ku yang seperti sang pujangga besar yang sedang membacakan puisi nya di depan panggung di hadapan orang banyak. Namun saat itu Rika salah satu teman sekamar kami terlihat sedih karna sudah dua bulan orang tua nya tak kunjung menengoknya, fitriah pun angkat suara, dari tadi fitriah sedang membereskan lemarinya yang sesekali ikut menimpali lelucon kami dari balik pintu lemarinya. Rik sudah jangan sedih sebentar lagi juga umi n’t datang, tutur Fitriah sambil melipat pakainnya yang tadi masih di jemur dan harus di angkat karena cuaca sudah gelap. Kami bersebelas pun mengakhiri lelucon itu apabila bel persiapan shalat magrib berjamaah berbunyi. Saat itulah yang selalu kami nantikan karena setelah itu ada pengajian malam dari ustd. Hasbiallah yang akan membahas kitab Shahih Muslim. Aku segera tertawa kecil, dan segera menutup jendela kamarku. Tidak terasa jam sudah menunjukan pukul enam, aku harus bersiap-siap untuk shalat berjaamah bersama keluarga ku di mushalah yang masih di lingkungan rumahku. Ya Allah hayalan tadi jadi mengigatkan ku akan suasana di pesantren dulu. Celotehku dalam hati. Usai shalat magrib berjamaah, kami sekeluarga pun membacakan surat yasin yang sebelumnya di dahului pembacaan surat Al-Fatihah untuk mendoakan Kakek dan Nenek kami yang telah tiada karena sekarang Malam Jumat, dan itu sudah menjad rutinitas keluarga ku kala malam Jumat tiba.

Di kamar, aku mengerjakan tugas yang besok akan aku persentasikan di depan kelas yang berjudul Memutuskan tali Silaurrahmi. Monitor computer butut ku pun segera ku nyalakan, dengan cepat jari-jari tangan ku memencet tombol-tombol huruf. Tidak terasa hari sudah larut malam, namun tugas ku pun belum kunjung usai. Aku sudah lelah dan sangat mengantuk namun aku belum boleh tidur, karena tugas ini yang menentukan nilai UTS ku nanti. Aku segera membuka pintu kamar dan menuju ke dapur. Aku mengambil segelas air mineral dingin dan sepotong Kue sisa kemarin ketika ibuku pergi arisan dan membawa kue-kue yang rada kampungan namun sangat lezat. Aku beserta ade-adeku sangat menyukai kue-kue itu. Ini ku lakukan untuk mengusir rasa kantuk ku setelah beberapa jam di depan computer. Mata ku sudah mulai segar,aku pun meneruskan kembali mengerjakan tugas-tugas itu yang sedikit lagi sudah akan selesai. Sekarang menunjukan pukul dua belas lewat lima malam, akhirnya tugas ku pun selesai. Aku segera merapikan buku-buku yang bertumpuk di kasurku yang tadi aku gunakan untuk menambah bahan-bahan dalam materi tugas ku. Semua sudah selesai, saat nya aku tidur, sebelum tidur aku sempatkan untuk menulis kejadian yang tadi aku alami di dalam diary kecil kesayangan ku. Ku ceritakan secara singkat, karena mata ku tidak kuat menahan kantuk dan karena besok aku harus berangkat pagi-pagi agar terhindar dari macet. Kutarik selimut dan kupejam kan mata.

Kring…kring…kring… seperti suara Hp ku, siapa yang nenfon malam-malam begini yah, ganggu orang istirahat saja. Aku biarkan Hp ku berdering hingga suara itu berhenti sendiri. Dan tiba-tiba, kring………kring…………kring…………kring………… aduh siapa si, malam-malam begini ko nelfon. Dari balik tas, ku ambil Hp ku

Halo …………

Asalammualaikum

Sapa ni?

Tiba-tiba terdengar suara cowok bertanya ini nomornya Ayu kan?

“Oh salah sambung, ga ada yang namanya Ayu disini”. Dengan cueknya aku segera mematikan panggilan itu. Dan lekas tidur.

Azan subuh pun sudah terdengar, aku sudah siap dengan mukena putihku. Kurapihkan terlebih dahulu anduk yang tadi aku gunakan untuk mengeringkan rambutku, ayah ku pernah mengatakan bahwa keramas subuh itu baik untuk otak kita, karena selain menyegarkan juga membuat kita mudah untuk memasuki pelajaran. Ternyata ibu dan adik-adik ku sudah sampai terlebih dahulu di dalam mushalah kecil yang letaknya di lantai tiga rumah ku. Kulihat mereka sedang sibuk memainkan tasbihnya dan aku pun segera menyusul. Tak lama kemudian ayah ku datang dan segera melaksanakan shalat kobliyah subuh. Setelah salam, aku pun langsung mengumandangkan ikomat sambil merapihkan shaf di sebelah ibu dan ade-adeku. Kami sekeluarga terdiri dari lima orang, ayah, ibu, ade ku Desti yang sekarang kelas satu SMA, dan adeku Intan yang sekarang sedang duduk di bangku SMP, serta aku yang sekarang sedang berkuliah di Universitas Islam Negri(UIN) semester satu.

******

Matahari masih sejuk, mobil-mobil pun masih jarang terlihat, sesekali terlihat bis dengan arah Depok-Bogor melaju ke arahku, namun bukan bis itu yang sedang ku tunggu saat ini,.hampir lima menit aku menunggu, bis yang aku maksudkan belum juga kelihatan. Terlihat dari kejauhan ada Siro teman satu kampusku yang juga menggunakan bis yang sama, dia menghampiriku.”Lagi nunggu bis ya nit,” iya ni, kok belum lewat juga ya, “sama dari tadi juga gw lagi nunggu, tapi bis nya belum juga nongol”. “Nit, lo dah ngerjain tugas filsafat?” oh yang di suruh merangkum bab dua tentang Sokrates itu yah! Sudah ko. “Gw juga udah,” Nit tuh bis nya naek yu. Bis sudah terlihat penuh, hanya beberapa bangku yang terlihat belum di tempati. Aku dan Siro pun duduk berjauhan. Kami menikmati perjalanan dengan aktivitas masing-masing. Terlihat Siro sedang memegang MP4 nya. Aku bersandar di bangku bis dengan nikmatnya, mungkin aku masih lelah karena semalam aku mengerjakan tugas hingga larut malam. Aku tertidur sejenak dan sesekali terbangun mendengar teriakan sang kenek ketika akan menurunkan penumpang.

Kring…………kring…………kring,

“Halo…………

“Asalammualaikum?” Walaikumsalam

Benar ini nomornya Ayu? “oh maaf dari kemarin kan sudah dibilangin, ini bukan nomornya ayu.”

Ini nomornya siapa dunk? Akupun langsung mematiakan panggilan itu. Kring…………kring…………kring

Halo, kok sombong banget si?

“ maaf ya, di sini ga ada yang namanya Ayu”

Ya udah ga apa, ini siapa? Boleh kenalan ga?

“ eh ga ada kerjaan banget si, pagi-pagi sudah ganggu orang aja.” Nut..nut..nut aku pun langsung mematiakan panggilan itu kembali. Terlihat Siro mengatakan sesuatu dengan aba-aba yang aku sudah mengerti, ternyata sudah hampir sampai. Aku dan Siro pun bergegas turun. Kami segera menyambung perjalanan dengan menggunakan bis 510 arak Kp.Rambutan-Ciputat.

Dikelas sudah sangat ramai, aku segera menempati bangku terdepan bersama kelima teman ku. Dosen belum kelihatan,teman-teman yang lain terlihat sedang bercanda gurau, ada juga yang terlihat sedang mengerjakan tugas filasafatnya. Aku sudah dari minggu kemarin mengerjakan tugas itu, ketika dosen memberikan tugas cepat-cepat aku kerjakan agar tugas ku tidak bertumpuk. Dosen masuk, seketika kelas sunyi sepi bagai tak berpenghuni, hanya suara dosen yang terdengar dan sesekali terdengar suara mahasisiwa yang menanyakan hal yang belum dia mengerti.

Jam pun menunjukan pukul sepuluh. Aku dan sita,teman sekelasku, menuju kantin. Kebetulan kita sama-sama belum sarapan. Di bangku kantin sita memandangi anak lain yang sedang memarkiri motornya,aku sedang sibuk memakan roti isi keju yang merupakan makanan favoritku jika aku belum sempat sarapan dirumah. Nit..Nit liat deh, Linda sama Lintang cocok banget ya, “ ya,jangan di tanya deh, dia kan sudah kaya gula sama semut yang selalu berdua, kaya nya mereka berdua memang pasangan yang saling setia ya,Sit” iya bener banget tuh Nit. Oya BTW kapan lo mau punya pacar Nit, masih aja betah hari gini ngejomblo. “ Heh, gw ini masih setia nunggu sang pangeran gw yang nanti pasti akan datang jemput gw, putri tercintanya he..he..” Ah lo Nit, hari gini masih aja menghayal pangeran, bangun dunk lo Nit, liat tuh banyak kok yang pada ngelirik elo. “Ah,elo Sit manas-manasin gw aja, lo ga tau apa, gw kan punya prinsip untuk engga pacaran dulu sampe umur gw pas 20 tahun.” Yaelah ketuaan kaleee. Ya udah deh terserah lo Nit, gw Cuma saranin kalo lo berubah fikiran, lo terima aja si Iwan kan lumayan tuh bisa di jadiin ojek geratisan. “Hus, masuk yu sudah hampir jam sepuluh lewat lima belas ni.”

Hari sudah mulai sore, para mahasiswa pun sudah terlihat banyak yang di luar kelas. Aku dan sita menuju pintu gerbang untuk segera pulang, dari parkiran terdengar teriakan Linda kearah kami, Nita,Sita pulang dulu yah, “Iya hati-hati ya. Motor pun melaju kencang dengan membawa Linda yang di kendarai tidak lain oleh pacarnya yang bernama Lintang. Kami pun meneruskan perjalanan menuju gerbang kampus dan ternyata sudah terlihat kak Ari, anak semester tujuh dengan motor bebek nya untuk menjemput Sita yang tidak lain adalah pacarnya. Yah Nit, gw duluan ya, yayang gw dah jemput, lo hati-hati ya Nit, “ Iya sama-sama” sambil tersenyum terpaksa karena iri melihat temen-temen yang lain pasti ada yang sudah menunggunya apabila jam perkuliahah sudah selesai”. Dengan melambaikan tangan kearah Sita, aku pun lekas berjalan kembali menuju jalan raya, yang harus ku tempuh sekitar sepuluh menit dari kampusku, karena kampusku letaknya berjauhan dengan jalan raya. Hanya kampus psikologi dan kedokteran yang letaknya berjauhan dengan kampus pusat yang lain. Jadi harus menempuh beberapa kilometer untuk sampai ke sana. Aku berjalan menelusuri kampung-kampung, yang menjadi satu-satunya penghubung antara kampusku dengan jalan raya. Di tengah perjalanan terdengar suara klakson motor seperti memanggil kearah ku. Aku melihat kesamping, ternyata Iwan, teman sekelasku yang terkenal dengan kepandaiannya membuat orang tertawa karena cerita-cerita lucunya. Namun tidak demikian dengan aku. Jarang sekali aku mendengar cerita-cerita lucunya, karena aku tidak menyukai hal seperti itu.

Nita …….sendirian aja ni! Dengan nada meledek. “Iya, tadi sita sudah di jemput duluan,jadi sendirian deh.” Mau di anterin sampai depan ga? “oh makasih, ga perlu, bentar lagi juga nyampe.” Tenang aja gratis ko! “Makasih deh Nita bisa jalan sendiri ko.” Dengan berjalan cepat dan meninggalkan Iwan.

Di bis penuh dengan penumpang, aku berdiri di samping jendela yang terlihat sangat berdebu. Sesekali sang kenek masih berteriak mencari penumpang untuk diantarkannya ke tempat tujuan. Penumpang pun terus berdatangan dan menjadikan bis penuh dan sesak. Di sebelah kanan ku, terlihat sepasang muda-mudi yang sedang bergandengan, sang pemuda terlihat sangat menjaga kekasihnya dari sesakan para penumpang dan sesekali tangan pemuda itu merangkul bahu kekasihnya untuk menahan dan menjaga dari oleng nya bis kala supir harus ngerem mendadak karena ada penumpang yang ingin naik dan turun. Aku termenung dan sesekali berkata dalam hati “Enak yah ada yang jagain, coba aku bisa seperti itu.” Dan akupun langsung melenyapkan fikiran itu dengan mengeluskan dada dan berkata Astagfirllahalazim, ga pantes seorang muslim berkata seperti itu. Satu persatu penumpang pun turun, aku langsung duduk menempati bangku yang tadi terisi oleh penumpang. Perjalanan masih jauh, aku sangat lelah. Ku pejamkan mata. Dan aku tertidur dalam kelelapan. Depok…Depok…Depok, serentak aku kaget dan terbangun dan lekas kearah pintu untuk turun karena rumahku sudah mulai terlihat.

Seperti biasa, aku langsung menuju kamarku dan berbaring di kasurku yang empuk. Namun saat ini berbeda, Hp ku berdering, ku biarkan sesaat hingga suara pun terus berdering dan semakin kencang. Ku rogoh saku dalam tas ku.

“Halo, Asalammualaikum?”

Wa’alaikumsalam, dengan nada ceria, mungkin sangat menanti jawaban itu.

“ siapa ni?”

Ini Joe

“Joe siapa? Kayanya aku ga punya temen yang namanya Joe deh.

Emang, makanya kenalan dulu dunk, ini siapa? Pasti cantik?

“Ah, bisa aja! Ada perlu apa si, nyari yang namanya Ayu? Kan sudah di bilangin ga ada yang namanya ayu di sini.”

Kemarin iya, nyari yang namanya Ayu tapi sekarang engga ko.

“ Tau dari mana nomor ini?”

Dari temen. Ini bener 93027326 kan

“ Iya, bener! Mungkin temenya salah nyebut angka kali”

Mungkin, tapi ga apa ko, soalnya bisa nyasar ke nomor cewek cantik

“ Ah, basi banget lo.”

Boleh kenalan ga?

“ Tapi janji, ga boleh nelfon ke nomor ini lagi”

Ko, sombong banget si?

“ Bodo, ni Nita.” “janji ya, ga akan nelfon ke nomor ini lagi.”

Nut…nut…nutt..ttttt

Aku pun mematikan telfon itu.

************

Di sebuah kamar yang terdiri dari lima dipan yang letaknya di lantai tiga dan berada di tengah-tengah asrama putra itu yang ternyata masih dalam lingkungan pesantren, terlihat Joe dan Alunk sedang asyik mengobrol sambil memegang kitabnya masing-masing yang akan mereka gunakan untuk memberi pelajaran agama kepada para santri putra, ternyata Joe dan Alunk adalah salah satu dari Ustd muda yang sedang mengabdikan ilmunya dalam sebuah pesantren yang dulu merupakan tempat nya bersekolah menuntut ilmu dunia dan akhirat. Joe sibuk menceritakan kejadian tadi sore kepada Alunk, ketika dia berkenalan dengan cewek bernama Nita yang super jutek dan tidak mau lagi mendapat telefon dari nya. Alunk yang terburu-buru karena para santri putra sudah menunggunya di sebuah ruangan yang letaknya di samping teras masjid segera mengobral janji kepada Joe untuk segera menunda ceritanya dan meneruskan nya usai pengajian berakhir. Joe yang kelihatan kecewa pun ikut menyusul Alunk untuk segera turun dari tangga kamarnya karena Joe pun sedang di tunggu para santri putra kelas empat untuk mengajarkan kitab Nahwu Shorof. Terlihat para santri sedang menyandang kitabnya masing-masing dengan mengenakan pakaian ala santri.

Sementara di kamar, Nita terlihat amat sedih, dia kembali memikirkan kejadian-kejadian yang tadi dilaluinya ketika melihat Linda dan Lintang di parkiran yang terlihat amat kompak dengan kesetiannya, ketika melihat Sita dan k’Ari di gerbang pintu dan ketika melihat sepasang muda-mudi di bis yang saling menjaga dan melindungi. Dari kejadian itu Nita mulai memikirkan Pangerannya yang dia belum tahu siapa, di mana dan kapan dia akan bertemu dengan sang pangeran yang sudah menjadi khayalannya sejak kecil, hingga tak terhitung jumlah puisi-puisi yang tercipta untuk pangeranya. Begitu lah sosok nita yang dianggap teman-temannya sebagai sosok yang ceria namun sangat berbeda dengan para remaja seusianya.

Di sebuah Mall yang ada Bioskopnya, terlihat lintang sedang menggandeng Linda, menuju tempat bioskop favoritnya. Lintang berkata “Yank, mau ninton apa?” apa aja terserah, sahut Linda sambil melihat-lihat gambar film yang sedang di tawarkan untuk di putar hari ini. Lintang langsung mengambil antrian pada barisan ke delapan dari depan. Dengan berpamitan terlebih dahulu, Lintang pun meninggalkan Linda. Linda asyik berdiri melihat gambar-gambat film. Dua tiket sudah di pegang lintang tanpa tidak lupa membelikan dua minuman dan makanan ringan untuk menyelingi aktifitas ketika film di putar. Lintang menghampiri Linda, terdengar suara pemberitahuan bahwa film yang akan mereka tonton akan segera di mulai. Lintang pun merangkul bahu Linda dan mereka berdua masuk kedalam ruangan bioskop yang dingin karena dilengkapi dengan pendingin ruangan.

Diatas teriknya matahari namun sangat ramai pengunjung terlihat sita dan pacarnya, k’Ari, sedang menghadiri pameran alat-alat elektonik di senayan Jakarta. K’Ari adalah mahasiswa semester tujuh jurusan Sain Teknologi. Jadi tidak heran setiap kali ada pameran alat-alat elektronik dia pasti akan datang dan tidak lupa mengajak Sita yang menjadi kekasih nya untuk menemaninya.

Hari minggu ini terlihat sekali akan aktivitas-aktivitas yang di lakukan untuk mengisi liburan

Tidak ada komentar: